MEMOTONEWS - Saresehan bertajub 'Manifestasi Marhaenisme Melalui Politik Kebangsaan' yang dihelat DPC Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Banjanegara di Saung Bu Mansur, Parakacanggah, Kamis sore 23 Maret 2023 dibuka ketua GmnI Banjanegara Wahju DJatmika Al BS SE.
Sementara Hj Sri Ruwiyati SE MM anggota Komisi E DPRD Provinsi Jawa Tengah yang juga sebagai Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jateng berhalangan hadir karena faktor kesehatan.
Dua narasumber utama Ahmad Fauzi Shobirin SIP dan Miftahul Noor Syahbana SIP dari Lembaga Strategi Nasional (LSN) berhasil menghidupkan suasana melalui dialog interaktif/diskusi.
Bergulir sejumlah pertanyaan dari peserta saresehan seputar peran GMNI dan situasi politik saat ini.
Dalam kesempatan ini Wahyu DJatmika bahwa GMNI lahir dari proses peleburan tiga organisasi kemahasiswaan yang memiliki kesamaan azas ajaran Bung Karno yakni Marhaenisme pada tanggal 23 Maret 1954 silam.
GMNI merupakan wadah organisasi yang beranggotakan mahasiswa yang sudah terlatih. "Sehingga tidak semua mahasiswa dapat masuk menjadi anggota GMNI. Kegiatan GMNI tentu lebih elegan," kata Wahju DJatmika
Syarif Hidayatullah Ketua DPC GMNI Banjarnegara menyampaikan terimakasih dan bangga karena para peserta begitu antusias mengikuti kegiatan ini. "Semoga ke depan bisa melakukan lebih baik lagi dari hari ini," katanya.
Usai kegiatan ini, Miftahul Noor Syahbana SIP dari Lembaga Strategi Nasional (LSN) menegaskan bahwa ini adalah kegiatan besar GMNI, memperingati 69 GMNI di Banjarnegara ini mengangkat tema 'Manifestasi Marhaenisme Melalui Politik Kebangsaan' .
Dapat diartikan bagaimana paham nasionalisme tidak hanya dipahami secara sederhana, artinya jangan sampai kita berpandangan dengan paham Pancasila berarti paham nasionalisme.
Tetapi bagaiman paham ini menjiwai masing - masing individu termasuk penyelenggara negara dan itu menjadi rujukan penting bagi struktural tatanan negara.
Diharapkan melalui GMNI bisa dirajut bagaiman kedaulatan politik itu bisa terwujud.
Artinya bagaimana kita paham nasionalisme ini diterjemahkan melalui paham kebangsaan sehingga setiap elemen bangsa yang ada di wilayah Banjanegara bisa memahaminya secara utuh.
"Terpenting, jangan sampai terjadi ego politik dalam jiwa seseorang atau masyarakat Banjarnegara," jelasnya.
Disampaikan juga bahwa Marhaenisme dan Pancasila itu identik. Artinya memiliki kesamaan tetapi berbeda dalam azas perjuangannya.
Kalau kita bicara azas negara, maka itu adalah UUD 45 dan Pancasila. Akan tetapi kalau kita bicara Marhaenisme sebagai azas perjuangan berarti kita harus mengupas tuntas bagaimana strategi yang ada.
"Kalau di jaman Bung Karno, azas perjuangannya adalah non koperasi dan masa aksi," jelas dia lagi.
Tetapi pada saat sekarang, tentu ada perubahan pada azas perjuangan karena pada prinsipnya azas perjuangan itu 2 X 24 jam akan alami perubahan.
Tetapi azas sosio nasionalisme dan sosio demokratis akan tetap menjadi rohnya ideologi Marhanisme sebagai keyakinan menuju adanya perubahan.
Ditanya terkait tantangan jaman era saat ini, ia menandaskan semua kader GMNI harus memahami realitas hari ini.
Artinya seiring dengan kemajuan jaman keterbukaan informasi karena canggihnya teknologi yang akan berpengaruh pada aktifitas manusia.
Begitu juga dengan cara berorganisasi tentu akan mengalami perubahan pula. Maka pada era keterbukaan informasi dan transparansi diharapkan tidak ada lagi kebohongan pablik dan tidak ada lagi orang bodoh, karena semua ilmu pengetahuan dapat diakses dengan mudah.
"Nah, GMNI harus siap ke sama. Jangan sampai GMNI gagap memahami realita hari ini," tegasnya.
Senada disampaikan Ahmad Fauzi Shobirin SIP. Bahwa tema yang saat ini diangkat sangat menggelitik. Demokrasi adalah jalan tengah yang diakui oleh dunia dan kita harus memahami Marhaenisme dalam konteks saat ini/sesuai dengan zaman.
Sebagai kaum intelektual harus melakukan kroscek untuk mengetahui sebuah proses. Kita harus detail dalam memahami realitas. Termasuk memahami apa manfaat Marhanisme dalam kehidupan sehari - hari.
Kita harus memahami paham nasionalis atau Marhanisme jangan sampai hanya pada tek, tetapi kita harus memahami secara mendalam realita/riwayat.
Diakhir diskusi Ahmad Fauzi Shobirin SIP berpesan, di usia GMNI ke 69, ia berharap akab terjalin komunikasi sesama kader GMNI untuk menghindari ancaman dalam segala bentuk apapun. "Maka penting bagi kita sebagai anggota GMNI untuk menperkuat literasi," tandasnya.(MH)