74HssqAmpAieSQYdpeY0UHJ3eJx0ro2Bjc2BCzNj
Bookmark

'Kembang Lambe' Karya Film Guru Sasaran POP Banjarnegara Sungguh Mengharukan. Begini Ceritanya.

MEMOTONEWS - Sheryn, siswa kelas IX SMP yang menjadi penari Lengger itu sesenggukan menangis. Pasalnya, ibunya melarangnya untuk menari Lengger. Padahal hal itu ia lakukan untuk membantu ekonomi ayahnya yang bekerja sebagai peternak kambing. 

Di usianya yang masih belia, ia harus menggantikan peran ibunya di rumah, sementara ibunya merantau ke luar negeri. 

Sheryn tak mau berhenti menari Lengger karena hasilnya untuk membantu keluarga. Keinginan Sheryn sederhana: ia ingin ibunya pulang!.

Adegan itu merupakan cuplikan film berjudul "Kembang Lambe", karya guru sasaran Program Organisasi Penggerak (POP) yang hari ini, Rabu (29/12/2021) diputar untuk implementasi pembelajaran di SMPN 1 Madukara Banjarnegara. 

Sebagian siswa tampak terhanyut dalam suasana haru film tersebut. 
Salah satu siswa SMPN 1 Madukara Virna Angelina mengaku sangat terharu dan baru tahu kalau sahabat di sekolahnya menjadi penari Lengger. 

Pun sebagian besar siswa lain juga tidak tahu hal itu.  "Sangat mengharukan, ternyata Sheryn seperti itu nasibnya. Padahal apa yang dilakukannya sangat bagus, melestarikan tradisi dan budaya," ujar Virna. 

Guru sasaran POP SMPN 1 Madukara Sunarso mengungkapkan, film tersebut memang sengaja mengangkat tema siswanya sendiri, dalam rangka meningkatkan karakter siswa ketika dipakai dalam pembelajaran. 

"Kami sengaja mengangkat film dokumenter tentang Sheryn, agar siswa lain terinspirasi dan paham akan budaya Lengger," jelas Sunarso. 

Ia menjelaskan, judul film Kembang Lambe yang berarti bahan pembicaraan, karena selama ini profesi penari Lengger selalu diidentikan dengan hal negatif. 

"Padahal tidak seperti itu, Lengger adalah budaya Jawa adiluhung yang patut dilestarikan. Dahulu, Lengger dimainkan oleh penari laki-laki karena artinya kan Le itu Tole atau anak laki-laki yang berdandan seperti Ngger atau Angger anak perempuan," kata Sunarso lagi.

Karena saat itu, lanjut Sunarso, perempuan yang menari masih tabu bagi budaya Banyumasan. Dalam perkembangannya memang kemudian sekarang penarinya perempuan betulan. 

Namun, penari Lengger yang ada di Banyumasan, imbuh Sunarso, tidak disawer sebagaimana penari lainnya. 

"Penari Lengger benar-benar hanya menari, tidak disawer. Lagi pula ia juga yakin jika Sheryn sebagai anak sekolah juga menjaga moralnya sehingga ia menari memang untuk kebudayaan dan juga membantu ekonomi keluarga," tandas Sunarso. 

Ketua Umum Yayasan Sahabat Muda Indonesia, Heni Purwono yang melakukan supervisi pembelajaran mengaku sangat puas dengan karya film media pembelajaran yang dibuat guru sasaran POP SMPN 1 Madukara. 

"Ini membuktikan, bahwa kalau saja para guru mampu membuat media pembelajaran dengan serius, memanfaatkan potensi lokal yang ada di sekitarnya, banyak hal-hal inspiratif yang bisa diajarkan kepada para siswa," tandas Heni. (*)

(FOTO dan Sumber Heni P)