Subagyo, asal Desa Karanganyar, Purwanegara, Banjarnegara, pembudidaya tanaman bunga matahari. (Foto : M Hamidi)
MEMOTONEWS - Berawal dari keprihatinan anjloknya harga dan semakin banyaknya hama singkong, seorang pensiunan guru di Desa Karanganyar Kecamatan Purwanegara Kabupaten Banjarnegara sejak akhir November 2021 mencoba mengembangkan bunga matahari.
Bunga matahari ini diproyeksikan memiliki nilai ekonomis tinggi, disamping dapat dikembangkan sebagai objek wisata dan utamanya adalah produksi biji bunga matahari. Harganya cukup tinggi Rp 16.000/kg bijih kering.
Adalah Subagyo, guru SMP purna asal Desa Karanganyar. Ia diminta pihak desa untuk mengolah lahan tidur milik desa seluas 5600 M2. Dalam percobaan ini Ia bermitra dengan sebuah perusahaan makanan ringan asal Bandung Jawa Barat
Menurut Subagyo, tahap awal ia menanam 10.000 pohon. Harga bibit Rp 1000/batang. "Tanaman bunga matahari tumbuh bagus di sini. Hanya karena terlalu banyak hujan sehingga bunga tidak maksimal. Dan sebaliknya jika kekurangan air, pohon bunga matahari pertumbuhannya juga kurang bagus," karta Subagyo.
Dijelaskan, dalam percobaan ini, ia menggunakan dana desa sebesar Rp 30 juta. " Jadi kalau hasil panenan dan harga stabil, maka kami akan mengajak petani yang lain mengembangkan penanaman pohon bunga matahari" katanya.
Diakuinya, sebagian sudah dipanen, karena tanam lebih awal. Kemudian dijadikan dasar untuk menghitung perkiraan hasil produksi. Namun untuk menghitung kilogram secara utuh Ia masih menunggu semuanya dipanen.
"Kalau estimasi menurut paparan pengembangan asal Badung sebagai mitra, setiap pohon mampu menghasilkan 3 ons bijih kering. Sehingga jika diestimasi kasar hasilnya /10.000 pohon hasilnya cukup signifikan," katanya.
Maka dari itu kata Subagyo, ia memilih untuk mencoba kembangkan bunga matahari. "Sementara ini, hasilnya cukup lumayan. Kemarin kita coba menghitung dari bijih kering yang dihasilkan. Memang kita belum mampu menghasilkan sesuai perkiraan mitra, beda atau selisih sedikit," katanya.
Keuntungan lain, lokasi ini menjadi objek wisata atau taman selfy. "Ini terbukti, banyak yang datang, mereka sekedar melepas lelah ah sambil mengabadikan foto. Kemarin saat mekar memang indah sekali. Tapi hanya bertahan 15 hari saja. Setelah itu, bunga menunduk seperti padi dan dua minggu kemudian dipetik untuk diambil bijinya," jelas Subagyo lagi.
Sejumlah warga yang dihubungi MEMOTONEWS menyampaikan salut dengan ide pengembangan bunga matahari. Karena mampu mendatangkan wisatawan ke desanya. Walau mereka didominasi warga seputar Banjarnegara, namun tidak sedikit dari luar kota seperti, Purbalingga, Banyumas, Wonosobo dan daerah lain di Jawa Tengah.
"Daerah Karanganyar identik sebagai daerah pertanian, sehingga bidang ini yang harua digenjot. Di Karanganyar banyak tanaman produktif lain yang belum banyak dikembangkan di daerah lain seperti porang dan ada juga tales beneng. Kendalanya jika musim kemarau panjang, warga kesulitan air bersih," kata Suroso asal Desa Wanadri, Purwanegara Kabupaten Banjarnegara. (MH)