74HssqAmpAieSQYdpeY0UHJ3eJx0ro2Bjc2BCzNj
Bookmark

Tempe Munthuk I, Harga Kedelai Naik, Perajin Tempe di Argasoka Banjarnegara di Ambang Kebangkrutan

Ny Winarti, perajin tempe Munthuk asal Wanasari RT 01/ RW 03 Kelurahan Argasoka. (FOTO : Memotonews)

MEMOTONEWS - Puluhan perajin tempe di Kampung Wanasari Kelurahan Argasoka Kecamatan/Kabupaten Banjarnegara mengeluhkan terus naiknya harga kedelai. 

Mereka saat ini tengah dirundung kekhawatiran seandainya harga kedelai tidak terkendali, maka ia bisa bangkrut karena terus - terusan merugi.

Mereka mengakui, pada saat harga kedelai Rp 11.300/kg saja sudah mengalami kerugian. Apalagi jika naik lagi hingga Rp 12.000/kg seperti kabar yang sudah beredar di kalangan perajin tempe. 

Maka satu - satunya jalan menghentikan produksi, sambil menunggu harga stabil. Karena saat ia mengurangi besaran tempe sedikit saja banyak pelanggan yang komplain dan berujung pada penolakan hasil produksi.

Sementara saat menggunakan kedelai yang harganya Rp 10.500/kg, kualitas tempenya kurang baik, sehingga tidak disukai oleh konsumen. Keadaan ini diperparah lagi dengan naiknya harga minyak goreng.

Ny Winarti asal Wanasari RT 01/ RW 03 Kelurahan Argasoka misalkan, ia masih terus memproduksi tempe munthuk dan tempe pipih/tipis untuk melayani para pedagang langganannya walau tidak ada keuntungan.

Ia pernah menyiasati tingginya harga kedelai dengan mengurangi besar kecilnya tempe, namun para pedagang pada nolak alasannya konsumen di tingkat eceran juga protes. 

"Jadi ya, kita yang mengalah. Walau merugi. Ya siapa tahu ada penurunan harga bahan baku. Tapi jika naik, kita yang remek, tidak bisa berbuat apa-apa kecuali berhenti produksi," katanya, Senin (21/2/2022).

Winarti adalah istri dari Turyono, ketua paguyuban perajin tembe di Wanasari. Saat ini anggotanya sekitar 30 perajin. Setiap harinya, Winarti sendiri hanya memproduksi tempe sekitar 40 - 50 kg kedelai untuk dua jenis tempe yakni munthuk dan tipis didukung enam orang tenaga bungkus borongan. (bersambung)