MEMOTONEWS - Karena daun pisang dan kertas mahal, daun nyangku dapat dijadikan alternatif untuk membungkus tempe lho guys.
Seperti yang dipakai oleh para perajin makanan khas asal Kampung Argasoka Kelurahan Wanasari, Bajarnegara.
Tapi daun ini jarang tumbuh di Banjarnegara. Sehingga mereka pada berburu ke daerah Cilacap lho. Daun nyangku banyak ini hidup di hutan di Cilacap bagian barat. Tanaman masuk dalam rumpun anggrek (anggrek hutan).
Seperti Karangpucung, Cimanggu, Majenang dan Cipari. Disana daun ini belum banyak dimanfaatkan oleh warga dan banyak dibuang begitu saja.
Kelebihan dari daun ini kata Winarti asal Argasoka RT 01/ RW 03 Kelurahan Wanasari, daun tidak mudah sobek dan lebih tebal dibanding daun pisang sehingga tidak cepat kering.
Aromanya wangi juga, sehingga banyak konsumen yang cocok. Artinya mereka menganggap tempe dengan bungkus daun nyangku lebih enak.
Namun untuk membungkus tempe, tetap dipadu dengan kertas."Perajin tempe disini biasanya mencari daun ini langsung ke hutan di daerah Majenang dan sekitarnya," kata istri dari Turyono ketua paguyuban perajin tempe Wanasari.
Kenapa harus mencari sendiri?. Kata Winarni, karena kalau beli tidak 'cubak' atau tidak seimbang antara biaya dan hasilnya.
Karena harga bahan baku kedelai sudah mahal sedang harga tempe tidak naik. "Sebab kalau dinaikkan atau volume tempe dikurangi, para pedagang eceran tidak mau jual lantaran konsumen pada protes," katanya.
'Jadi seba susah mas. Ya akhirnya kita yang mengalah. Demi mempertahan hubungan baik dengan sesama pedagang," katanya.
Turyono sendiri, setiap hari Selasa dan Rabu berburu daun yangku ke Cilacap. Biasanya rombongan dengan naik sepeda motor.
Nanti sesampainya di hutan, mereka berpencar. "Ya ini dilakukan sejak harga kedelai terus merangkak naik," tutur Winarni.
Winarni dan para perajin tempe berharap harga kedelai bisa stabil atau turun. Sehingga tempe Argasoka atau tempe munthuk bisa eksis dan berkembang.
Diketahui, saat ini produksi tempe Munthuk dan tempe amba kisaran 50 kg/hari. Winarti adalah istri dari Turyono, ketua paguyuban perajin tembe di Wanasari. Saat ini anggotanya sekitar 30 perajin. (MH)