74HssqAmpAieSQYdpeY0UHJ3eJx0ro2Bjc2BCzNj
Bookmark

Kenapa Risdiyatun Lakukan Pendekatan Personal Pada Siswa Difabel?

Risdiyatun, guru asal SLB Negeri 2 Gunungkidul Yogyakarta, saat melakukan pelayanan secara privat kepada siswanya yang difabel. (FOTO: Heni Purwono)

MEMOTONEWS - Meski baru tahap awal mengikuti Program Guru Penggerak (PGP) namun para Calon Guru Penggerak (CGP) Kabupaten Gunungkidul Angkatan 6 telah terbiasa menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) sebagai filosofi dasar Program Guru Penggerak

Seperti yang dilakukan oleh Risdiyatun, guru asal SLB Negeri 2 Gunungkidul Yogyakarta, ia sangat terbiasa melakukan pelayanan secara privat kepada siswanya yang difabel. 

Menurut Risdiyatun, Sabtu (3/9/2022), ia biasa dihubungi orang tua siswa di luar jam sekolah untuk menghadapi permasalahan siswa. 

Bahkan pernah, suatu hari siswanya yang tunarungu mau sunat. Sudah dibujuk orang tuanya mati-matian tidak berhasil. Ternyata setelah  dibujuk mau, masalahnya sepele karena malu. 

Ada juga yang tunagrahita, mau menikah sampai mau melahirkan pun kami sebagai guru yang mendampingi. 

"Bagi kami, filosofi KHD, bahwa guru harus menghamba pada siswa, sudah kami lakukan sejak lama," jelas Risdiyatun.

Di SLB, tambah Risdiyatun, pendekatan personal dan privat lebih banyak digunakan karena maksimal jumlah siswa dalam satu kelas hanya tujuh siswa. 

"Kami jelas memakai pendekatan diferensiasi. Untuk siswa tunarungu harus memakai alat, minimal gambar karena mereka minim kosa kata. Siswa lebih kita tuntun untuk melakukan kemandirian dan ketrampilan hidup untuk bekal mereka setelah lulus dan bergabung di masyarakat," tambahnya. 

Kepala SLB Negeri 2 Gunungkidul Wartini sangat mendukung Risdiyatun mengikuti PGP. Baginya, Risdiyatun adalah andalan untuk sekolahnya. 

"Saya tiap hari oyak-oyak (kejar) untuk daftar Guru Penggerak. Karena beliau meski jarak rumah ke sekolah 30 kilometer, tapi bisa diandalkan. Bu Risdiyatun juga Komite Pembelajaran di sekolah kami dalam Program Sekolah Penggerak," jelas Wartini.

Kepala Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) DIY Adi Wijaya berharap, para CGP memanfaatkan program ini untuk membekali diri dalam rangka transformasi pendidikan. 

PGP ini kata dia merupakan program unggulan yang ditujukan untuk membentuk calon-calon pemimpin pembelajaran, baim itu kepala sekolah, pengawas maupun instruktur pendidikan. 

"Saya berharap kualitas CGP akan semakin meningkat ketika lulus pendidikan nanti," harap Adi Wijaya. (MH)