MEMOTONEWS - Dari mana kemuncululan istilah Danau Purba Kalibening?. Setelah dilakukan penelurusan berdasarkan fenomena alam yang terjadi di Kalibening dan sekitarnya serta kondisi tanah saat ini, ada yang gembur dan halus bahkan seperti tanah gambut. Dimungkinkan karena akibat evolusi selama ribuan tahun yang silam.
Belum lagi terjadinya banjir langganan yang menimpa sejumlah desa di Wilayah Kalibening yang notabene disebut - sebut daerah cakupan Danau Purba.
Bahkan pada tahun 2018 silam daerah Kalibening, Jawa Tengah atau tepatnya pada hari Rabu siang tanggal 18 April 2018 sekitar pukul 13:28 WIB terjadi gempa bumi berkekuatan Magnitudo 4.4.
Anehnya, meski hanya dengan magnitudo 4.4 kerusakan di sekitar pusat gempa cukup parah dengan adanya korban jiwa. Waktu itu dilaporkan 2 orang meninggal, 26 luka serius, dan 3 luka ringan. Tercatat 148 bangunan rusak.
Sebuah artikel di website geologi.co.id yang ditulis dengan nama samaran Pakde, mengupas tajam kejadian gempa di Kalibening dari perspektif ilmu kebumian. Disebutkan gempa tersebut adalah gempabumi dangkal (kedalaman hiposentrum 4 km) akibat aktifnya patahan lokal.
Secara geologi, Dataran Tinggi Kalibening, dimana episentrum gempabumi berada, merupakan suatu depresi tektonis akibat adanya sistem sesar geser Kalibening – Wanayasa.
Patahan geser (dekstral) tersebut pernah pula menggerakkan gempa bumi berskala rendah pada tahun 2009 dan 2011.
Aktifitas kegempaan ini mengindikasikan tektonisme aktif Cekungan Serayu Utara, dimana batuan-batuan berumur Neogen kini mencuat di sisi selatan dan utara Pegunungan Jembangan (yang lebih dikenal dengan kawasan vulkanis Dieng).
Endapan “Bekas Danau” Penyebab Goyangannya Sangat Kuat
Kalau dilihat dari lokasi itu dan juga kita lihat dalam peta Google Map https://goo.gl/maps/sieM7VsGiEB2 terlihat bahwa lokasi ini merupakan daerah dataran.
Diperkirakan merupakan daerah “bekas danau”. Daerah bekas danau tentunya memiliki sedimen tebak yang belum terkosolidasi, atau belum terbatukan, sehingga tanahnya sangat lunak. Berdiri diatas tanah lunak ini mirip kalau kita “menaruh agar-agar diatas piring”, maka ketika ada getaran, akan terjadi penguatan goyangan.
Kalau di Zoom lokasi ini terlihat seperti dibawah ini. Dataran Kalibening ini dikelilingi tinggian. Mirip sebuah cekungan, dan sangat mirip dengan Danau Bandung Purba tetapi ukurannya jauh lebih kecil dari Danau Bandung.
Daerah bekas Danau Kalibening ini tentunya memiliki sedimen yang cukup tebal, karena dahulu dibentuk oleh patahan mirip seperti Patahan Sumatera (Patahan Geser).
Namun tentunya patahan ini sekarang tidak bergerak seperti Patahan Sumatera. Walaupun pasti sisa-sisa tenaga masa lalu, juga kemungkinan gerakan-gerakan kecil masih ada, termasuk yang menyebabkan gempa hari itu (Rabu 18/4/2018).
Disebutkan, daerah bekas danau ini tentunya memiliki sedimen yang muda, dan kalau dilihat dari sekitarnya sangat mungkin memiliki sungai yang jernih. Dan sangat mungkin benar mengapa disebut Kali Bening atau Sungai Jernih.
Daerah yang merupakan cekungan dikelilingi tinggian tentunya juga banyak alur-alur sungai mengalir ke dataran ini. Dan menyebabkan banjir, bahkan mengalami banjir hingga 2 meter tahun lalu. Karena airnya cukup dan banyak sedimen yang masuk, maka tanah disini menjadi persawahan yang subur.
Yang penting, peristiwa ini menjadi pembelajaran, bahwa patahan-patahan kecil, juga gempa lemah, kalau berada di daerah yang tanahnya lunak, akan sangat mungkin menyebabkan kerusakan. Ini pembelajaran yang harus diambil dari kejadian kali ini.(MH)
(Bersambung)