MEMOTONEWS - Sejumlah petugas gabungan dari TNI /Polri dan Satpol PP melakukan penjagaan di Terminal Mandiraja, Banjarnegara pada Rabu malam - Kamis dini hari 3 November 2022.
Dari keterangan sejumlah warga di komplek terminal, penjagaan dilakukan untuk menghalau para pedagang yang melakukan transaksi sayur - mayur di dalam terminal.
Hal ini juga dibenarkan oleh Kepala Dinas Perhubungan Banjarnegara Muhammad Iqbal saat di konfirmasi. "Jadi, fungsi terminal itu bukan untuk loading atau bongkar muat dan transaksi para pedagang. Tetapi untuk menaikan dan menurunkan penumpang," jelasnya.
Oleh karenanya, dinas Perhubungan Banjarnegara memberitahukan kepada para pedagang untuk mencari tempat lain yang tidak melanggar aturan.
Perlu diketahui, bahwa asal muasal adanya aktivitas loading di Terminal Mandiraja berawal dari insiden kebakaran Pasar Mandiraja pada tahun 2018.
Kala itu untuk menampung para pedagang tersebar di sejumlah lokasi, diantaranya Terminal Mandiraja. Namun setelah pasar selesai dibangun, sebagian pedagang kembali masuk ke Pasar Induk Mandiraja.
Namun masih ada yang tetap bertahan di Terminal sebagai tempat transit para pedagang dari Banjarnegara dan daerah lain.
"Karena untuk menghindari masalah hukum, maka kami meminta pedagang mencari tempat lain. Jika dibiarkan, imbasnya kami dianggap melakukan pembiaran," kilahnya.
Sementara Budiono, perwakilan pedagang yang tergabung dalam Paguyuban Sayur Terminal Mandiraja (PSTM) menyayangkan pihak dishub karena pemberitahuan sangat mendadak.
Padahal pihaknya memanfaatkan terminal hanya malam hari, saat tidak ada aktifitas turun naik penumpang jasa angkutan.
"Yang kami sesalkan kenapa tidak ada pemberitahuan dari sebelumnya, ini kok mendadak banget," kata Budiono.
Lagipula aktivitas di sini 80 persen adalah COD. "Memang ada transaksi jual beli untuk pedagang lokal, prosentasenya hanya 20 persen," jelasnya.
Karena 80 persen COD maka, sayuran sudah dikemas rapi. Supplier sebagian besar berasal dari Banjarnegara. Sedang pedagang berasa dari luar kota seperti Cilacap, Purbalingga, Kebumen dan sejumlah wilayah di Banyumas.
Maka dari itu Budiono meminta pemkab juga lebih bijak, apalagi saat sekarang ini yang dirasakan serba sulit. "Coba bayangkan disini jumlah supplier sekitar 40 orang, setiap malam sekitar 50 pedagang mengambil barang dari sini. Belum pengurus paguyuban juga lebih dari 10 orang cari makan dari sini. Jadi banyak sekali mereka yang mengais rezeki dari ini," papar Budi.
Dan warung sekitar terminal menjadi hidup pada malam hari sehingga ada nilai tambah. Maka kurang bijaksana jika Dishub langsung meminta kegiatan ini dipindah.
Kegiatan lanjut Budi, untuk sementara pindah ke halaman rumah makan Selera Mandiraja. Tapi tempatnya terlalu sempit dan berbahaya karena sangat dekat dengan jalan raya.
Maka dari itu kami meminta kepada PJ Bupati Banjarnegara, untuk mengijinkan kembali ke Terminal. "Hanya di terminal yang lokasinya strategis karena keselamatan terjamin," jelas Budiono.
Budiono dan segenap pengurus PSTM juga memohon kepada Pemkab untuk memberikan payung atas kegiatan ini. Tentu kami akan mengikuti aturan yang ada jika kembali pindah ke dalam terminal.
Hal senada juga disampaikan Panut, salah seorang supplier sayuran Mandiraja dan Azis Slamet asal Karangkobar. "Kenapa di daerah lain boleh, tapi di sini tidak boleh. Ini kan tidak adil," tegasnya.
Diperoleh keterangan omzet penjualan setiap malam sedikitnya 30 ton sayuran asal Banjarnegara dan sekitar. Sayuran tersebut didistribusikan oleh pedagang yang tergabung PSTM ke sejumlah pasar di PurbaIingga, Cilacap, Banyumas, Kroya dan Kebumen. (MH)