TK IT Permata Hati Banjarnegara, saat mengikuti Gelar Karya P5 dengan tema Sayangi Bumi.(FOTO: Dok Heni P)
MEMOTONEWS - Gelar Karya Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) tidak hanya dilaksanakan oleh Sekolah Dasar dan Menengah saja.
Siswa Taman Kanak-kanak (TK) juga melaksanakan kegiatan ini. Bedanya, mereka banyak berkolaborasi dengan orang tua.
Seperti yang dilaksanakan oleh TK IT Permata Hati Banjarnegara, Kamis (16/3/2023) mereka menyelenggarakan Gelar Karya P5 dengan tema Sayangi Bumi.
Sebelumnya selama sepekan mereka sudah melaksanakan pembelajaran proyek dengan berkunjung ke Tempat Pembuangan Sampah di kompleks perumahan sekitar sekolah, mengumpulkan sampah anorganik, serta mendaur ulang sampah.
Aneka mainan edukasi, hiasan dinding, tempat pensil, bucket dan aneka kreasi disajikan dalam pameran itu.
Karya-karya tersebut merupakan hasil kreasi siswa dibantu guru dan juga orang tua.
Kepala TKIT Permata Hati Banjarnegara Hartuti mengungkapkan, kegiatan dengan tema Sayangi Bumi untuk menanamkan sejak dini kepada siswa TK tentang pentingnya menjaga kebersihan.
Utamanya dalam hal mengelola sampah. “Paling tidak, anak-anak di sini sudah terbiasa memisahkan antara sampah organik dan anorganik," jelasknya.
Untuk siswa TK, kata dia, hal itu sudah luar biasa, karena di rumah rata-rata juga tidak memisahkan dua jenis sampah tersebut.
"Di sini juga saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Ayah Bunda para siswa yang mereka juga berperan besar berkolaborasi dalam membantu membuat aneka kreasi berbahan sampah anorganik sehingga bisa dipamerkan,” jelas Hartuti.
Ketua Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Banjarnegara Muhammad Al Akhyar yang hadir dalam kegiatan itu sangat mengapreasiasi karya para siswa.
Menurutnya, untuk anak TK, yang terpenting adalah proses belajarnya.
“Kita sangat bangga dengan siswa TKIT Permata Hati, karena mereka menginternalisasikan kehidupan Islami sejak dini melalui proses pembelajaran," katanya.
"Saat ini saya melihat sendiri, lingkungan sekolah bersih, anak-anak juga sudah terbiasa membuang sampah pada tempat yang tepat," sambunga.
Ini imbuh Muhammad Al Akhyar, tentu berasal dari pendidikan yang mengedepankan proses. Perkara hasil, kita serahkan semuanya kepada Allah.
"Saya juga melihat antusiasme orang tua siswa luar biasa, membantu mulai proses awal. Itu menunjukkan kesadaran bahwa kewajiban mendidik bukan diserahkan pada sekolah semata, namun ada kolaborasi antara sekolah dan keluarga,” ujar Al Akhyar.
Salah satu orang tua siswa Dhian Budi Asih mengaku sangat bangga dengan apa yang dilakukan anak-anak dalam Gelar karya P5 ini. Ia memuji cara sekolah dalam mendidik tentang kesadaran pengelolaan sampah.
Meskipun karya mereka sederhana, namun paling tidak anak-anak tahu, bahwa barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai bisa dimanfaatkan.
Ada yang jadi tempat pensil, bingkai foto dan lain-lain. Anak saya pulang sekolah juga langsung tahu mana sampah oraganik dan mana sampah anorganik.
"Suatu hal yang pada saat saya TK tentu tidak diajari hal tersebut.Jadi saya sangat mengapresiasi kegiatan ini,” ujar Dhian.(MH)