MEMOTONEWS - Langkah Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Banjarnegara mengajukan Babad Banyumas menjadi Memori Dunia ke Unesco nampaknya tak hanya isapan jempol.
Langkah nyata mereka lakukan dengan menggelar Workshop Upaya Pemajuan Kebudayaan Babad Banyumas Sebagai Memori Dunia, Kamis (26/10/2023) di Rumah Guru PGRI Banjarnegara.
Menurut ketua AGSI Banjarnegara Candra Bahara, acara yang diikuti seratus guru sejarah dari kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen dan Wonosobo adalah langkah awal menuju hal itu.
"Kita ingin terlebih dahulu menjamin Babad Banyumas lestari. Kita arus utamakan. Karenanya kita latih para guru untuk bisa meneliti, membaca dan menerjemahkan Babad Banyumas. Tentu ini bukan hal instan yang hasilnya bisa langsung terlihat, namun langkah pertama harus diawali," ujar Candra.
Dalam kegiatan yang difasilitasi oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X ini hadir Pamong Budaya Utama Dwi Astuti dan Guru Besar Sejarah UMP Prof Sugeng Priyadi.
Dwi berharap kegiatan ini mampu menjadi upaya pelestarian kebudayaan, utamanya objek babad. Ia berharap komunitas budaya seperti AGSI dapat terus berkontribusi memajukan kebudayaan.
"Seleksi fasilitasi ini sangat ketat, saya berharap AGSI bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Juga kepada komunitas lain, dapat meniru AGSI yang dapat membuat kegiatan yang menarik sehingga bisa difasilitasi ke depannya," ujar Dwi.
Adapun Prof Sugeng menyampaikan, proses untuk Babad Banyumas menjadi Memori Dunia cukup panjang. Ia mengisahkan tentang Babad Diponegoro yang puluhan kali didiskusikan sebelum ditetapkan menjadi Memori Dunia.
"Saya paling tidak terlibat tiga kali diskusi waktu itu. Workshop ini tentu langkah awal untuk Babad Banyumas, dan memang perlu dukungan banyak pihak," ujar filolog alumni doktoral UGM itu.
Sementara itu Ketua AGSI Jawa Tengah Heni Purwono yang memandu sesi diskusi mengungkapkan, ia akan terus mendorong agar Babad Banyumas menjadi Memori Dunia.
"Saya terus komunikasi dengan Prof Peter Carrey mengenai potensi Babad Banyumas menjadi Memory of World. Beliau pun mendukung, sekaligus berharap ada kajian yang dalam mengenai aspek kesusastraan dan juga pengaruh secara global Babad Banyumas. AGSI akan mencoba terus membuat kajian mengenai hal itu, sekaligus upaya kita untuk melestarikan babad sebagai kekayaan intelektual masyarakat Banyumas sejak abad 16," jelas Heni. (MH)