Siswa SMA Negeri 1 Sigaluh Banjarnegara tengah melakukan simulasi demokrasi melalui aksi demonstrasi. (FOTO: Dok Heni P)
MEMOTONEWS - Beginilah cara siswa SMA Negeri 1 Sigaluh Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah mempelajari tentang reformasi dan people power.
Siswa langsung mempraktekkan dengan turun ke lapangan atau tempat aksi menyampaikan pendapat di depan umum.
Puluhan siswa membawa sejumlah spanduk diantaranya betuliskan "Turunkan Soeharto" . Kemudian salah satu dari mereka langsung melakukan orasi dengan pengeras suara.
Orator tersebut kemudian menyanpaikan pendampatnya tentang aksi tersebut sambil memompa semangat peserta demonstran lainnya.
Teriakan dan yel yel terus diteriakan mereka. Sementara lainnya menyahuti yel yel orator dengan penuh semangat.
Tapi ini bukan demo sungguhan melainkan, proses pembelajaran tentang sejarah Reformasi 1988 dan People Power Philipina.
Heni Purwono, Guru sejarah SMAN 1 Sigaluh, Senin (4/3/3/2024) menjelaskan, bahwa materi People Power ini diajarkan untuk kelas XII IPS dan Reformasi 1998 untuk kelas XII MIPA.
"Pembelajaran dengan praktek langsung seperti akan selalu teringat dan simulasi seperti ini lebih efektif dibandingkan jika guru banyak ceramah di kelas," ujar Heni, mantan aktivis mahasiswa Unnes tahun 2000-an.
Heni juga menyampaikan jika pembelajaran dengan simulasi ini bertujuan mengenalkan ragam penyanpaian aspirasi dalam demokrasi.
"Demonstrasi merupakan hak konstitusional warga negara yang dilindungi undang-undang. Jangan sampai siswa menganggap bahwa demo adalah suatu hal yang terlarang," terangnya.
Bahkan aksi demonstrasi juga me jadi solusi. Heni juga mencontohkan, Pilkades Banjarnegara yang tadinya akan ditunda akhirnya berjalan sesuai jadwal juga karena adanya desakan aksi demontrasi massa.
"Dalam simulasi ini, saya juga menenkankan adanya batasan atau rambu rambu dalam sebuah aksi demonstrasi. Sehingga tidak merugikan diri sendiri karena melakukan perbuatan melanggar hukum," ujarnya Heni lagi.
Kegiatan simulasi ini juga Heni harapkan menjadi bekal bagi para siswa yang nantinya kuliah untuk menjadi mahasiswa yang tidak takut atau bahkan anti demonstrasi.
Adapun bagi siswa yang tidak kuliah, diharapkan pengetahuan ini juga bermanfaat untuk hidup di masyarakat menjadi warga yang kritis. (MH)