Ratun dan Rasman saat melakukan ritual dengan media blarak dan batok kelapa untuk menentukan sumber air bawah tanah. (FOTO: Dok Gunawan)
MEMOTONEWS - Nenek moyang kita sungguh luar biasa lho, hanya dengan alat seadanya tapi mampu melakukan sesuatu diluar nalar. Seperti menentukan titik sumber mata air bawah tanah yang baik untuk sumur gali
Hingga saat ini ilmu turun - temurun ini masih banyak digunakan walau telah ditemukan alat modern untuk mendeteksi sumber air bawah tanah.
Di sejumlah wilayah pedesaan Kabupaten Cilacap, metode tradisional masih banyak dipakai untuk mendeteksi sumber air sebelum memulai menggali sumur.
Hanya menggunakan selembar daun pisang, 'tukang sumur' atau pembuat sumur gali mampu menemukan sumber air secara akurat.
Cara unik ini sebenarnya bisa dilakukan oleh setiap orang. Caranya, letakan pelepah daun pisang menjelang malam di lokasi yang akan dibuat sumur gali.
Kemudian pada pagi harinya, daun pisang tersebut dilihat, jika banyak embun dibawah daun pisang tersebut, maka bisa dipastikan lokasi tersebut terdapat sumber mata air yang melimpah.
Penasaran?, silahkan mencoba. Karena ini sebuah metodologi berdasarkan kebiasaan atau cara - cara yang masih dilakukan oleh sejumlah warga di pedesaan.
Lain halnya di Banjarnegara. Seperti yang dilakukan oleh dua orang asal Desa Petir Kecamatan Purwanegara yakni Ratun dan Wasman.
Doa orang ini masih menggunakan media daun. Hanya saja, yang digunakan oleh keduanya adalah daun kelapa yang sudah kering (klari atau blarak).
Blarak ini, akan digunakan sebagai media penentu arah mata angin, sehingga haris menggunakan blarak berukuran kecil.
Satu lagi media penentu adalah tempurung atau batok kelapa yang nantinya akan berputar sendiri saat tepat berada diatas sumber air.
Jika gerakannya cepat, makan sumber airnya besar dan sebaliknya jika lambat maka sumber airnya kecil.
Kata mereka cara ini masih digunakan karena dipandang lebih efektif dan tepat sasaran ketimbang menggunakan Water Detektor.
Turun - Temurun
Menurut Ratun dan Wasman, cara menentukan sumber air bawah tanah dengan media daun kelapa kering (blarak) dilakukan secara turun - temurun.
"Jadi begitu cara, tentu saja kita juga harus melakukan ritual," ungkap Wasman, saat ritual di Desa Petir, Kecamatan Purwanegara, Rabu, (16/10/2024).
Kemudian Ratun menambahkan dalam mencari titik mata air, tidak boleh sembarangan atau buru-buru.
Terpisah Kepala Desa Petir, Achmad memandang cara tersebut terlihat aneh tapi diakui oleh banyak warga, cara ini tepat atau akurat dalam mendeteksi mata air.
Ia kemudian bercerita terkait sumur bor bantuan dari Kementerian Pertahanan (Menhan). Padahal pengerjaan dilakukan dengan alat modern namun dianggap gagal karena airnya kemudian menghilang dan mengering. (*)