MEMOTONEWS - Moderasi beragama menjadi isu yang seksi untuk diteliti di tengah keberagaman di Indonesia. Membidik hal itu, KH Ahmad Nafis Atoillah berhasil meraih gelar doktor Pendidikan Agama Islam pada Program Pascasarjana Universitas Nahdatul Ulama (UNU) Surakarta, dan diwisuda pada Rabu (11/12/2024) di Surakarta.
Nafis meraihnya setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul "Pelaksanaan Kelompok Kerja Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Pemahaman Moderasi Beragama Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas Negeri Kabupaten Banjarnegara" dengan Promotor Prof. Mulyoto dan Co Promotor Dr Mufrod Teguh Mulyono.
.
Sebelumnya, Nafis menyelesaikan S1 di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saat S2, Ketua Rabitah Masjid Islamiyah (RMI) NU, Asosiasi Pondok Pesantren Kabupaten Banjarnegara, "menyeberang" dengan kuliah di S2 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Ia kemudian "kembali" menempuh pendidikan di perguruan NU di UNU Surakarta untuk meraih gelar doktornya ini atas beasiswa dari Baznas.
Pria kelahiran Brebes, 28 Agustus 1975 ini memang telah malang melintang di dunia pesantren, dengan mondok di Ponpes Yanbuul Ulum Brebes, Nurul Hijrah Jepara, Salafiyah Syafi'iyah Pekalongan, Maslakul Huda Pati hingga terakhir di Almunawwir Krapyak Yogyakarta.
Tak heran jika saat ini ia juga menjadi pengasuh Ponpes Miftahussholihin Brayut Sigaluh, meneruskan mertuanya almarhum KH Ngisom Alhafidz.
Di tengah kesibukannya berkuliah, sehari-hari ia bertugas sebagai PNS Pengawas Muda PAI Kantor Kemenag Banjarnegara.
Ia juga banyak berorganisasi dengan menjabat sebagai Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Banjarnegara, Sekretaris Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Banjarnegara dan Bendahara Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banjarnegara.
Ditemui Jumat (13/12/2024) Nafis berharap, keilmuan yang didapatnya dapat bermanfaat untuk keberagaman dan keberagamaan di Indonesia.
"Peran pengawas dan juga guru PAI ternyata sangat besar dalam membangun kerangka berfikir siswa mengenai moderasi beragama. Indonesia yang sangat kaya dengan keberagaman, harus ditopang dengan moderasi beragama agar toleransi tidak kebablasan namun juga terjalin kerukunan antar umat beragama sebagaimana harapan para pendiri bangsa kita agar Indonesia menjadi negara yang berbhineka tunggal ika dengan Pancasila sebagai dasarnya," jelas Nafis. (*)