MEMOTONEWS - Bagi daerah terpencil, kendala utama pembelajaran jarak jauh adalah ketersediaan jaringan atau sinyal. Namun mahasiswa peserta program Kampus Mengajar di SDN 4 Kalisat Kidul, Kalibening, Banjarnegara punya solusinya.
Mereka melakukan uji coba berkirim media pembelajaran melalui SSTV Satelit IO-86 LAPAN A2 ORARI. Hasilnya memuaskan dan membuat decak kagum segenap pengajar atau guru di sekolah tersebut.
Penasaran Khan?. Para mahasiswa itu merupakan peserta Kampus Mengajar, program Kemendikbud di seluruh Indonesia untuk membantu pembelajaran di SD 3T (Tertinggal Terpencil dan Terluar).
Di Banjarnegara, terdapat sekitar 100 mahasiswa yang di terjunkan di 16 SD dengan klasifikasi 3T.
Havid Adhitama, mahasiswa PGSD Unnes yang ditugaskan di SDN 4 Kalisat Kidul mengungkapkan, uji coba SSTV bukan tanpa alasan, karena menurutnya sekolah tersebut benar-benar terisolir dari sinyal komunikasi digital.
“Disini sinyal untuk akses internet tidak ada, jangankan internet, untuk SMS saja tidak bisa. Siswa dan guru kesulitan untuk berkomunikasi dan mengakses media dari daerah lain.
Cukup memperihatinkan melihat kondisi ini, guru mesti menuju ke daerah lain dengan akses jalan yang sulit untuk mengambil LK ataupun bahan pembelajaran di kelas” ujar Havid.
Havid dan rekan satu timnya, Faris, Ismi dan Dwi akhirnya berinisiatif untuk melakukan uji coba berkirim media melalui mode SSTV.
“Kami mencoba sebuah terobosan untuk mengatasi masalah ini, agar kedepan guru yang mengajar disini tidak lagi kesulitan untuk mendapatkan selembar LK ataupun bahan ajar" tambahnya.
Dalam uji coba SSTV ini, mereka berkerjasama dengan LAPAN RI dan AMSAT-ID melalui Organisasi Amatir Radio Indonesia.
“Sebelumnya kami berkoordinasi dengan LAPAN untuk diberikan slot khusus SSTV Satelit IO86, LAPAN sangat mendukung gagasan kami. Kami menerima media tersebut di lokasi kami mengajar, sedangkan pengirimnya berada di Jakarta yaitu stasiun YD0NXX. Ini murni tanpa internet, kami menerimanya pada downlink satelit IO-86 di 435.880mhz.” imbuhnya.
Ia menjelaskan kedepanya, untuk berkirim media seperti ini tidak harus melalui satelit LAPAN ataupun radio amatir berizin, tetapi pemerintah bisa berkerjasama dengan RRI untuk mentransmisikan SSTV melalui radio siaran biasa.
Sehingga lebih terjangkau oleh masyarakat dengan perangkat yang sederhana. “Secara teknis, sederhananya pengirim mengubah gambar menjadi suara. Suara tersebut dikirim ke satelit IO-86 melalui radio di frekuensi Uplink, kemudian kami menerima suara tersebut dari frekuensi downlink yang kami ubah menjadi gambar kembali melalui aplikasi decoder SSTV. Sebenarnya fitur satelit ini biasa digunakan untuk komunikasi darurat dalam kebencanaan di Indonesia, tetapi kami diberikan izin oleh LAPAN untuk mencobanya pada bidang pendidikan” jelas Havid lagi.
Terkait jarak, sebenarnya tidak hanya menjangkau Jakarta-Banjarnegara, bisa lebih jauh lagi hingga ke Thailand, Filipina, India Bahkan Australia sebab footprint dari satelit IO-86 cukup lebar.
Saat uji coba kemarin rekan-rekan amatir radio di seluruh Indonesia juga mencoba menerimanya di tempatnya masing-masing. Dari Sumatera hingga Ambon mereka menerima gambar yang sama.
Dalam uji coba tersebut mereka tidak hanya berkirim media pembelajaran, mereka juga berkirim beberapa ucapan dan foto mentri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Nadiem Makarim.
Kepala SDN 4 Kalisat Kidul Surur Anwar dibuat tercengang dengan apa yang dilakukan oleh para mahasiswa tersebut.
"Ini cukup fenomenal, mengingat sangat langka atau bahkan baru pertama kalinya satelit IO-86 atau satelit LAPAN A2 ini digunakan untuk misi Pendidikan di Indonesia. Saya tidak terpikir kalau di sekolah kami bisa diterapkan alat secanggih ini untuk mendukung pembelajaran," ujar Surur takjup.(*)
Pewarta: M Hamidi