MEMOTONEWS - Beberapa kepala sekolah sasaran Program Organisasi Penggerak (POP) yang keberatan sekolahnya menjadi sekolah sasaran POP karena ingin mengikuti Program Sekolah Penggerak (PSP) diminta untuk tidak khawatir tidak dapat mengikuti PSP. Pasalnya, kedua program tersebut sejatinya saling mendukung.
Hal itu diungkapkan Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan (P3GTK) , Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbudristek Praptono di Jakarta, Jumat kemarin (26/11/2021).
Di hadapan ratusan Ormas POP, Praptono menegaskan bahwa nantinya sekolah sasaran POP dapat mengikuti PSP pada angkatan ke 4 PSP.
"POP ini justru akan menjadi pendorong untuk menyiapkan sekolah yang akan maju ke PSP. Tidak perlu dibenturkan keduanya, karena akan saling mendukung. Ke depan ada 20 ribu sekolah yang mengikuti PSP. Harapannya sekolah sasaran POP ikut semua," tandas Praptono.
Terkait keberlanjutan POP, Praptono juga menjamin akan terus berlanjut ke depannya.
Hal itu karena berdasar evaluasi sejauh ini, POP justru banyak memberi inspirasi dan daya jangkaunya bahkan terkadang melampaui ekspektasi Kemendikbudristek.
"Saya happy dengan program ini. Di beberapa daerah yang Kemendikbudristek gagal mengintervensi, Ormas POP justru bisa dan berhasil," katanya.
Okeh karenanya, masyarakat harus tahu hal ini. Ormas juga harus menampilkan keberhasilan-keberhasilannya, agar publik tahu.
"Tahun 2022 kita sudah mengunci anggaran untuk POP terus berjalan, dengan waktu yang lebih panjang saya harap hasilnya lebih baik," katanya lagi.
Dalam mengevaluasi POP, Kemendikbudristek menggandeng lembaga Inovasi dari Australia untuk mengkaji secara kualitatif efektivitas pelaksanaan program.
Ketua Umum Yayasan Sahabat Muda Indonesia (YSMI), Heni Purwono sebagai salah satu pelaksana POP di Kabupaten Banjarnegara mengungkapkan, pihaknya menggunakan pendekatan berbeda dalam melatih guru di 20 sekolah sasaran.
"Hasilnya memang di luar dugaan. POP yang kami jalankan bahkan juga berpengaruh pada upaya pelestarian budaya yang ada di Banjarnegara melalui media penbelajaran audiovisual" tandas Heni Purwono yang juga sebagai pengajar di SMA Negeri Sigaluh, Banjarnegara. (M Hamidi)