MEMOTONEWS - Petani sayuran khususnya khol (kubis) harus menelan pil pahit. Bagaimana tidak, saat didera harga saprodi naik, harga panenan malah anjlok hingga 500 perak perkilonya.
Sementara itu, harga minyak kemasan terus naik hingga kisaran Rp 19.000 - 20.000 perkilogram.
Para petani khol di daerah dataran tinggi dieng (DTD) Banjarnegara, mengaku merugi. Karena harga normal untung seharusnya diatas Rp 1000/kg.
"Petani berharap, harga kembali normal dan meminta pemerintah bergerak cepat untuk menyetabilkan harga. Kami rakyat kecil selalu menjadi korban kerugian," kata sejumlah petani di Wanayasa dan Pejawaran.
M Solakhudin F anggota FPDI Perjuangan DPRD Banjarnegara asal Batur Banjarnegara mengaku prihatin atas kejadian ini. Ia berharap harga sayuran khususnya khol kembali normal.
M Solakhudin juga menyampaikan, penurunan harga khos jelas membuat ratusan petani di daerah utara Banjarnegara mengalami kerugian yang cukup besar.
Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Erwien Indriatmoko, S.P menyampaikan, penurunan komoditas sayuran khususnya khol biasanya dipicu karena terjadi melimpahnya hasil produksi sementara permintaan pasar menurun.
Sementara itu disaat harga khol menukik, justru harga minyak goreng terus alami kenaikan. Bahkan pemerintah akan segera melarang peredaran minyak goreng curah.
Sejumlah pedagang dan pelaku usaha kuliner di Banjarnegara mulai meresahkan kenaikan harga minyak goreng kemasan yang terus merangkak naik.
Sementara mereka tidak mungkin menaikan harga makanan olahan karena situasi yang sedang tidak menentu akibat pandemi Covid-19.
Hal ini setidaknya diakui, Erwin Tanjung, pemilik Rumah Makan Sinar Umbilin di jalan Raya Gumiwang, Purwanegara, Banjarnegara.
Menurutnya, ia setiap hari sedikitnya membutuhkan 3 liter minyak goreng. "Tadi saya beli sudah mencapai 19.000/liter. Ya mudah - mudahan tidak naik lagi," katanya, Senin malam (29/11/2021).
Sementara pantauan hari ini, Senin (29/11/2021) di beberapa pasar tradisional di Kabupaten Banjarnegara, harga rata-rata minyak goreng mencapai Rp 19.000 - 20.000 perliter.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi UMKM (Indagkop) Kabupaten Banjarnegara Suroso S.STp MSi menyampaikan, pemicu kenaikan harga minyak goreng kemasan dipengaruhi naiknya harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dunia.
Disamping itu, akibat tingginya permintaan CPO untuk industri biodiesel, serta turunnya produksi CPO nasional. "Ada tiga jenis bahan pokok yang dipantau secara nasional yakni minyak goreng, cabe dan telur ayam ras," jelasnya.
Kenaikan harga cabe kata Suroso, karena menurunnya hasil produksi karena sudah memasuki masa akhir panen raya.
Sedang untuk telur ayam, karena ada penyesuaian menuju harga normal, setelah sebelumnya anjlok.
"Telur kan sebelumnya turun drastis, nah saat ini harga naik, karena untuk penyesuaian dengan harga sebelum terjadi anjlok. Inilah sebenarnya yang terjadi," terang Suroso.
Kenaikan tiga komiditas, inilah yang terus dipantau oleh tim dari pusat, provinsi dan daerah. Karena diprediksi kenaikan ini akan terjadi hingga Natal dan tahun baru.
Suroso 'wanti - wanti' para pelaku usaha tidak menimbun barang kebutuhan masyarakat untuk spekulasi momentum libur Natal dan Tahun Baru.
Oleh karena itu imbuh Suroso tim pengendali inflasi mendorong untuk meningkatkan hasil produksi komoditas pertanian dan menciptakan inovasi aplikasi digital seperti lapak petani online, banjar aplikasi Sipinter apik dan Jajak - Jujuk di kuliner untuk pemesanan menu kuliner Banjarnegara.
Diperkirakan inflasi akan berlangsung jelang Natal dan Tahun baru. "inflasi sangat dipengaruhi oleh tiga bahan pokok tersebut,' imbuh Suroso, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi UMKM (Indagkop) Kabupaten Banjarnegara (M Hamidi)