MEMOTONEWS - Film dokumenter karya guru sasaran Program Organisasi Penggerak (POP) SMPN 3 Banjarnegara berjudul 'Jejak Dawet Ayu Munardjo' diputar pada kegiatan Sarasehan Nasional Dawet Ayu yang digelar Sabtu (18/12/2021) di Hotel Surya Yudha Banjarnegara.
Kegiatan itu dihelat oleh Ikatan Keluarga Banjarnegara di Jakarta (Ikabarata) diikuti para pemangku kebjiakan dan juga seluruh paguyuban penjual Dawet Ayu yang ada di Banjarnegara.
Ketua Ikabarata Prof Herry Suhardianto mengapresiasi film tersebut sebagai sebuah informasi yang sangat berharga untuk warga Banjarnegara baik yang ada di Banjarnegara maupun yang ada di perantauan.
"Lewat film tadi, kita melihat bagaimana keluhuran karakter Mbah Munardjo, yang menolak mematenkan Dawet Ayu agar minuman ini bisa dibuat dan dijual oleh siapa saja. Ini hal yang langka di masa seperti sekarang ini," ujar mantan Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.
Prof Herry berharap, dengan prestasi Dawet Ayu sekarang yang menjadi pemenang Anugerah Pesona Indonesia (API) Award 2020, para penjual Dawet Ayu dapat menjaga kualitas dagangannya.
"Tantangan ke depan di dunia perdagangan cukup banyak. Sarasehan ini bertujuan memperkuat sinergi agar terjaga keamanan pangan Dawet Ayu, sehingga tetap eksis menjadi minuman kebanggaan warga Banjarnegara," harap Herry.
Sutradara film Jejak Dawet Ayu Munardjo, Purwo Setiono mengaku sangat bangga film karyanya dapat diputar di kegiatan sarasehan level nasional.
Menurutnya, film ini dipersembahkan untuk semua warga Banjarnegara di seluruh dunia. "Dawet Ayu memang sudah kemana-mana. Ketika ke luar kota atau luar Jawa ada penjual Dawet Ayu, pasti sebagai warga Banjarnegara akan menyapa, menanyakan dari Banjarnegara mana? Meskipun terkadang tidak semua penjual Dawet Ayu dari Banjarnegara. Minuman Dawet Ayu ini bagi warga Banjarnegara adalah minuman pemersatu. Dan film kami, mencoba melengkapi hal itu," jelas Purwo.
Dalam film tersebut, tambah Purwo, juga ada nilai karakter kuat yang nantinya disampaikan kepada siswa dalam pembelajaran, tentang kerja keras dan tanggungjawab Mbah Munardjo kakung, tentang wirausaha, bahkan tentang emansipasi bahwa Mbah Munardjo putri (Marfuah) juga ikut menopang ekonomi keluarga.
Bahkan kata Ayu mutlak berasal dari hal tidak biasa yang Mbah Munardjo putri lakukan, sebagai perempuan yang menjual dawet. Sehingga grup lawak Peyang Penjol menamakan Dawet Ayu.
"Sebenarnya kami ingin menjadikan Mbah Munardjo putri sebagai narasumber di film kami, namun beliau sakit sehingga tidak memungkinkan. Semoga beliau sembuh sehingga bisa menginspirasi perempuan Banjarnegara," tambah Purwo Setiono ,Sutradara film Jejak Dawet Ayu Munardjo. (*)
(FOTO dan. sumber Heni Purwono)