74HssqAmpAieSQYdpeY0UHJ3eJx0ro2Bjc2BCzNj
Bookmark

Sekitar 2000 Hektar Pohon Kopi di Banjarnegara Diharapkan Hambat Sendimentasi Waduk Mrica

Erwin Indriatmoko SP, Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian KP Banjarnegara.(FOTO : Ukas/Memotonews)

MEMOTONEWS - Pola tanam sayuran kentang dan sejenisnya yang salah di Dataran Tinggi Dieng (DTD) Banjarnegara memang memicu kerusakan alam, seperti tingginya erosi yang mengakibatkan sedimentasi di Waduk Mrica Bawang semakin kritis.

Hal ini setidaknya diakui Firman Sapta Ady SPt, kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banjarnegara melalui Erwin Indriatmoko SP, selaku Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan, Jumat (21/3/2025).

Oleh karena itu, sejak tahun 2021, Dinas Pertanian Banjarnegara terus berkoordinasi dengan para petani untuk melakukan upaya inovasi melalui disertifikasi pertanian. 

Disamping itu ia mengusulkan ke Kementerian Pertanian RI untuk dilakukan perluasan tanaman potensial lain yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan konservasi.

Salah satu jenis pohon konservasi yang cocok untuk dikembangkan di DTD dan sekitarnya adalah kopi Arabika. Jenis kopi ini dapat tumbuh dan berkembang bagus di Dataran Tinggi Dieng Banjarnegara.

Tahun 2022 misalkan Banjarnegara mendapatkan alokasi penanaman kopi seluas 100 Hektar dari Kementerian Pertanian, kemudian tahun 2023, 100 Hektar dan tahun 2024 seluas 150 Hektar.

"Program ini walau memiliki tujuan untuk konservasi DTD tetapi tidak dominan di Kecamatan Batur, tapi tersebar di Pagentan dan daerah lain di wilayah atas," jelasnya.

Untuk tahun 2024 dominasi untuk Kecamatan Pejawaran, Kalibening dan untuk daerah Batur dialokasikan untuk di Batur Desa Pekasiran 10 Hektar kopi Arabika. 

Seiring Dengan Aktivis Lingkungan 

Disampaikan, total tanaman kopi yang telah dikembangkan di DTD dan sekitar menembus angka 2000 Hektaran. Sehingga pada saatnya tanaman sudah produktif maka akan berpengaruh terhadap perekonomian petani kopi.

Karena harga kopi arabika terus membaik seiring dengan permintaan pasar yang cukup tinggi. "Harga kopi petik merah atau cheri sekarang sudah menembus rp 17.500/kg. Sedang untuk bubuk sudah mencapai Rp 250.000/kg dan semurah - murahnya rp 150.000/kg," jelas Erwin.

Disamping memiliki nilai ekonomis yang tinggi, tanaman kopi juga sangat baik untuk konservasi lahan, karena memiliki pengakaran yang kuat.

"Perluasan lahan kopi ini tentu sejalan dengan apa yang disampaikan oleh aktivis lingkungan dan akademisi UI Bapak Imam Prasojo terkait upaya antisipasi kritisnya sendimentasi yang terjadi di Waduk Mrica Bawang," ujar Erwin.

Bahkan Imam Prasojo saat bertemu Bupati dr Amalia Desiana, Selasa (18/3/2025) menyebut akan melakukan gerakan bersama untuk mencegah sedimentasi di Waduk Mrica. 

Imam Prasojo juga mengaku sudah berkoordinasi dengan 5 kabupaten penyangga yakni Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara dan Wonosobo untuk bersama - sama menjaga keberlangsungan Waduk Mrica.

Erwin juga sependapat jika pelumpuran yang terjadi di Waduk Mrica Bawang salah satunya akibat terjadi alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian khususnya sayuran kentang. 

Oleh karena itu ia mendukung upaya aktivis lingkungan untuk melakukan kegiatan konservasi melalui penanaman pohon konservasi seperti aren dan sejenisnya di Dataran Tinggi Dieng dan sekitarnya.(*)