MEMOTONEWS - Divisi Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) Banyumas yang tergabung dalam Forum Lintas Organisasi (Fortasi) Banyumas dapat dibilang tidak pernah sepi menerima pengaduan dari masyarakat terkait ODGJ.
Seperti relawan lain yang ada di Banyumas, jibaku dan kompak tim yang dikomandoi Sapto Adi Wibowo selalu berusaha melayani dengan sepenuh hati.
Walau masih dirasa banyak kekurangan namun setidaknya semua pasien (penyandang) dapat yang ditangani dan bisa dievakusi atau dirujuk untuk mendapat perawatan yang lebih baik.
Semuanya ini, tentunya merupakan instrumen dari masing tugas anggota divisi yang ada. Mereka membagi tugas, tanpa intervensi dan melakukan tugas sosial sesuai naluri seorang relawan.
"Sungguh, ini salah satu keindahan, tautan batin seorang relawan," kata Pembina Fortasi Banyumas Eddy Wahono.
Maka dari itu, sebagai pembina, ia tidak pernah bosan menyatakan salut dan bangga. Karena ini semua sebuah realita dan nyata.
Penanganan ODGJ kata Eddy Wahono memang harus kontinyu dan berkelanjutan hingga dia (ODGJ) benar - benar sehat. Baik akal dan batinnya.
Maka dari itu Tim ODGJ Banyumas hendaknya terus meningkatkan hubungan antar dinas khususnya Dinas Sosial Banyumas.
Hal senada diakui oleh Cici Teraphis ODGJ Banyumas. Bahkan menurutnya, dibutuhkan waktu sekitar satu bulan penuh untuk melakukan terapi dengan rasio 3 X sehari.
"Kami menggunakan metode selt dan QHT. Karena yang saya totok adalah titik meridian. Dan ini harusnya di terapinya sehari 3 kali dalam sebulan full. Kecuali untuk penanganan pertama minimal untuk membuat pasien tenang dan nurut saat akan dimandikan, kemudian dibawa ke rumah sakit," katanya.
Cici yang sudah setahun ini menjadi relawan ODGJ Banyumas menuturkan, awalnya termotivasi untuk melakukan Teraphis, setelah salah satu ODGJ dapat sembuh total.
Kala baru bergabung, ia melihat pasien yang dirawat semakin hari kondisinya semakin membaik dan kembali dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik.
Dia sudah kembali dengan keluarga yang sebelumnya hilang 5 tahun. Dan ditemukan di Salatiga oleh relawan di sana.
"Nah dengan melihat itu ia merasa berdosa, karen sebelumnya kalau kasih makan ODGJ selalu memandang sebelah mata. Ya Allah ternyata ODGJ yang sudah tidak berbaju bertahun - tahun bisa ingat dengan normal," katanya.
Dari sinilah, Cici membulatkan tekat bergabung dengan relawan. Tadinya masih ragu. Tapi ia berniat menerapkan ilmu Selp dan QHT yang dipelajarinya.
"Soal sembuh atau tidak. Itu sudah hak mutlak Allah. Intinya saya berniat membantu mereka," katanya lagi.
Cici juga menceriterakan, bahwa terapi dilakukan sessions terakhir. Saat kondisi ODGJ sudah bersih dan sudah terkondisikan oleh relawan lain seperti mas Saprol dan tim cowok lainnya.
Walaupun tugasnya paling akhir, kadang masih ada juga yang galak. Bahkan pernah tangan saya 'dikrewek' sampai sarung tangan karetku robek. Jika ada pasien seperti ini tim laki - laki selalu siap siaga, untuk mengantisipasi terjadinya hal - hal yang tidak diinginkan.
Dijelaskan pula, bahwa kesembuhan itu mutlak milik Allah. Namun kita wajib berusaha. Untuk tolok ukur kesembuhan pasien ODGJ itu berbeda - beda.
Ada yang memang terlihat biasa saja, ada yg menunjukan perbedaan. Misalnya, yang tadinya frontal jadi agak lembut. Yg tadinya tidak mau mengakui bapaknya, tiba - tiba nangis dan minta maaf.
"Biasanya dari jajak komunikasi nanti kita dapat simpulan. Kita terus aktif ajak bicara sambil diterapi," jelas Cici Teraphis.
Kemudian ada juga pasien yang bisa mengutarakan emosinya, sehingga dapat diketahui latar belakangnya. Asal mula dia seperti itu.
"Ini lebih baik dan minimal membutuhkan waktu 2 jam untuk menggali masalahnya untuk tipikal ODGJ semacam ini," katanya.
Intinya, jika mereka hadir sudah dalam kondisi begitu, yang tentu dengan pemicu yang berbeda, otomatis penanganan pertamanya juga berbeda.
Cici Teraphis berharap masyarakat, jika melihat ODGJ di jalan atau yang rumahan, mohon jangan dibully, dipinggirkan, dijauhi, diolok - olok, mereka itu kerasa jika lingkungan sudah tidak care ke dia. Dan dia itu merasa sedih.
Komunikasi dengan ODGJ itu butuh waktu, maka kami pengin banget punya rumah penampungan. Biar bisa setiap hari ketemu mereka. Butuh tempat model pondok - pondok dan tetap harus berpagar sehingga mereka tidak dapat kabur.
Nah dengan begitu, bisa dipilah. Dipisah antara yang parah, sedang dan ringan. "Doakan kami ya, agar tim relawan ODGJ Banyumas bisa menjadi insan yang bermanfaat untuk sesama. Semoga Allah SWT memudahkan kami," kata Cici mengakhiri perbincangan dengan MEMOTONEWS, Sabtu (8/1/2022)