74HssqAmpAieSQYdpeY0UHJ3eJx0ro2Bjc2BCzNj
Bookmark

SMP Negeri 2 Bawang Banjarnegara Siapkan Pembelajaran Bilingual

Dr Tuswadi Melatih Pengucapan Bahasa Inggris Selama Saresehan Guru dan Staf SMP N 2 Bawang. (FOTO : Polibara)

MEMOTONEWS - Pendidikan Indonesia mengalami tantangan makin berat dari masa ke masa. Di era digital seperti sekarang ini para guru wajib menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan psikologis peserta didik untuk mampu mengajar dan mendidik dengan lebih efektif, termasuk mengantisipasi kebutuhan penguasaan bahasa internasional untuk kalangan millenials. 

SMP Negeri 2 Bawang di Provinsi Jawa Tengah tengah gencar-gencarnya melaksanakan kegiatan peningkatan mutu sumber daya manusia guru dan staf untuk mewujudkan layanan pendidikan yang berkualitas. 

Salah satu kegiatannya adalah Saresehan seperti yang digelar pada hari ini (15/2/2022) di Pikas Resort Banjarnegara mengundang ilmuwan berlatar belakang guru, Dr Tuswadi, bertajuk “Active Learning and Speaking English”. 

“Kami ingin mendapatkan asupan ilmu mendidik dari guru profesional yang sudah levelnya internasional karena beliau lulusan Diploma, Master, dan Doktor dari luar negeri. Hari ini guru dan staf di sekolah kami benar-benar dibuat takjud dan bersemangat untuk bekerja dengan lebih giat lagi,” ujar Ade Erma Wardani, S.Pd., Kepala Sekolah.

Dr Tuswadi tampil dua sesi selama Saresehan. Sesi pertama, berdasarkan pengalamannya sebagai Guru Berprestasi pada saat dirinya bertugas di SMA N 1 Sigaluh, dia membeberkan ilmu praktik mendidik berbasis pembiasaan dan keteladanan. 

“Hal terberat menjadi seorang guru adalah meminta murid melakukan sesuatu setelah diri sendiri melakukan. Banyak guru masih terjebak pada kebiasaan lama yang sama sekali tidak efektif untuk mendidik generasi-yaitu asal menyuruh padahal dirinya sendiri tidak melakukan. 

Jarkoni (bisa mengajar tapi tidak bisa melaksanakan) sedikit demi sedikit harus dihilangkan dari jiwa guru. 

Misal, ketika sekolah menginginkan kesalehan vertikal tumbuh dan berkembang di lingkungan sekolah-tidak cukup menyuruh-nyuruh peserta didik melaksanakan shalat duha atau shalat duhur di masjid—sementara pada jam tersebut para guru justru asyik di kantor dan menunda-nunda shalat. 

"Guru dan staf harus sudah berada di masjid dulu—baru anak-anak dipanggil untuk segera berwudhu dan shalat berjamaah,” jelas Dr Tuswadi menimpali penjelasan guru mengenai beratnya pembiasaan shalat berjamaah di masjid sekolah.

SMP N 2 Bawang Banjarnegara  Siapkan Pembelajaran Bilingual. (FOTO : Polibara)

Menurut Dr Tuswadi, Kejujuran juga nilai kehidupan yang sangat penting ditumbuhkembangkan di kalangan generasi Indonesia untuk melahirkan para calon pemimpin yang tidak korup dan menyalahgunakan kekuasaan. 

“Di dunia sekolah banyak kegiatan yang bisa disistemkan untuk mendidik generasi jujur, misalnya pelaksanaan ulangan tanpa kehadiran guru pengawas dan penggunaan pin kejujuran saat ujian.

 Guru hanya hadir 15 menit pertama untuk menjelaskan filosofi “Ulangan Anti Nyontek tanpa Guru Pengawas dan membagikan lembar soal dan lembar jawab dan pada 15 menit terakhir untuk menarik lembar jawab ulangan yang telah dilaksanakan.

"Kalau hal ini dilakukan dengan sabar-cepat atau lambat para peserta didik akan tumbuh rasa iman bahwa tanpa guru pengawas pun mereka tidak mungkin menyontek karena Tuhan Yang Maha Esa itu Maha Melihat-tidak ada gunanya nyontek, korupsi, malu pada Tuhan,” jelas Dr Tuswadi.

Setelah diberikan ilmu praktik mendidik, para guru dan staf kemudian dilatih praktik menggunakan bahasa Inggris sederhana sebagai alat instruksi kepada peserta didik selama proses pembelajaran lintas mata pelajaran.

“Jagi guru mapel apapun, termasuk guru Pendidikan Agama Islam, misalnya ketika membuka, menutup pelajaran atau menyuruh peserta didik melakukan sesuatu, guru tersebut menggunakan bahasa Inggris," kata Ade Erma Wardani, Kepala SMP N 2 Bawang yang juga seorang guru bahasa Inggris. 

Ini penting kata Ade, guna meningkatkan motivasi peserta didik dan warga sekolah sebagai warga dunia (global citizens). 

"Guru-guru ternyata bisa-tinggal dibiasakan saja. Jadi pembelajaran bilingual cepat atau lambat akan dikembangkan di sekolah kami,” katanya lagi. (MH)