74HssqAmpAieSQYdpeY0UHJ3eJx0ro2Bjc2BCzNj
Bookmark

Mengenal Sosok H Kasmawireja Pejuang Kemerdekaan Indonesia Asal Purbalingga

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi saat mengunjungi  H Kasmawireja (92) di Dusun IV RT 18/ RW 08 Karangcegak Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga. (FOTO: Komifo Purbalingga)

MEMOTONEWS - Mungkin masih banyak yang belum mengetahui siapa H Kasmawireja (92) asal Dusun IV RT 18/ RW 08 Karangcegak Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga. 

Kenapa Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon dan jajaran Forpimda mengunjunginya jelang HUT RI ke 77?. 

Siapa sangka pejuang kemerdekaan Republik Indonesia pernah bermarkas di Desa Karangcegak Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga, tepatnya di rumah H Kusmawireja.

Rumah H Kasmawireja berada di antara kebun rindang di RT 18/RW 08 Desa Karangcegak Kecamatan Kutasari. Pemandangan dan udara yang sejuk adalah khas pedesaan di kaki Gunung Slamet.

H. Kusmawireja yang lahir sekitar tahun 1920 -an masih nampak sehat, hidup didampingi putra-putrinya.

Menurut Sarikin, putra ketiganya, sanga ayah sering bercerita tentang masa - masa perjuangannya untuk mempertahankan tanah air dari penjajahan Jepang dan Belanda. 

Sakirin juga menceriterakan, bahwa saat ayahnya masih remaja pernah mengikuti pendidikan militer. Pada saat pendudukan Jepang, ayahnya masih remaja kemudian dilatih kemiliteran oleh tentara Jepang.

"Bahkan sampai sekarang, ayah saya masih hafal lagu-lagu wajib Jepang," tutur Sakirin mengulas cerita sanga ayah padanya.

Dulu kata Sarikin, wilayah perjuangan ayahnya selain Purbalingga juga meliputi Purwokerto, Cilongok, dan Ajibarang.

"Ayah saya bertugas untuk membawa senjata dan ransel para pejuang kemerdekaan kala itu," kenang Sarikin.

Beberapa senjata dan ransel ia panggul sendiri dengan penuh keikhlasan dan semangat juang demi kemerdekaan Indonesia.

"Setelah Jepang pergi dari Indonesia. Belanda datang lagi. Kemudian saat berjuang melawan Belanda, markas besar para pejuang di rumah ini," ujarnya.

Pada saat itu, lanjut Sakirin, H Kusmawireja di bawah pimpinan Kolonel Infanteri Poedjadi Djaring Bandapoedja dalam agresi militer Belanda kedua. 

Diceritakan, ayahnya bersama para pejuang yang lain pernah menghadang kereta api yang mengangkut logistik Belanda di Ajibarang.

"Setiap pulang dari perjuangan ayah saya diperintahkan untuk menyembunyikan senjata dengan menggali tanah di kebun bambu kemudian ditutup kembali dengan dedaunan," lanjutnya.

Pada saat pemberontakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/ TII), H. Kusmawireja ditangkap di Kedung Banteng Purwokerto dengan dugaan sebagai mata-mata DI. 

Pada saat itu, jika dalam waktu sehari semalam tidak ada pejabat setempat yang menjemput maka akan dieksekusi hingga akhirnya Penatus (Lurah-red) Karangcegak menjemput dan membebaskannya.

Usai kemerdekaan, ungkap Sakirin, H. Kusmawireja berprofesi sebagai petani dan pernah juga berdagang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 

Alhamdulillah pada tahun 90-an pemerintah memberikan tanda jasa dan SK Veteran. "Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pemerintah yang telah memberikan perhatian kepada para pejuang kemerdekaan," pungkasnya. 

Kini H. Kusmawireja dikaruniai 7 anak, 24 cucu, dan 29 buyut. Sang veteran ini merasa betah tinggal di lereng Gunung Skamet menikmati masa senjanya dengan rasa bahagia karena bisa merasakan kedamaian setelah kemerdekaan Indonesia dari penjajah Jepang dan Belanda. (MH)