74HssqAmpAieSQYdpeY0UHJ3eJx0ro2Bjc2BCzNj
Bookmark

Hadapi El Nino, BPBD dan Komisi E DPRD Provinsi Jawa Tengah Lakukan Identifikasi dan Sosialisasi Daerah Bencana

Kepala BPBD Banjarnegara Aris Sudaryanto SPd MM saat menjadi narasumber Identifikasi dan Sosialisasi Daerah Rawan Bencana. (FOTO: Ukas)

MEMOTONEWS - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Komisi E DPRD Provinsi Jawa Tengah melakukan kegiatan Pelayanan Informasi Rawan Bencana, Rabu 26 Juli 2023 di RM Sari Rahayu 4 Banjarnegara.

Kegiatan dengan materi pokok Identifikasi dan Sosialisai Daerah Rawan Bencana di Provinsi Jawa Tengah diikuti sedikitnya 50 tokoh masyarakat, pemuda dan perwakilan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Banjarnegara.
Ada dua nara sumber yakni Hj Sri Ruwiyati SE MM anggota Komisi E DPRD Provinsi Jawa Tengah dan Aris Sudaryanto SPd MM, Kepala BPBD Kabupaten Banjarnegara.

Muhamad Chomsul SST, MEng, Kasi Pencegahan BPBD Provinsi Jawa Tengah saat membuka kegiatan ini menyampaikan secara umum Indonesia, dan Jateng khususnya, memasuki masa kemarau.

Untuk diketahui bahwa saat ini kita menghadapi gelombang El Nino berdampak berkurangnya hujan, sehingga dampak yang akan kerjadi kekeringan, kebakaran hutan dan dan munculnya penyakit.
"Kita perlu mempersiapkan dan harus melakukan antisipasi sedini mungkin, termasuk menjaga kesehatan walau sudah terlepas dari Pandemi Covid-19. Apa yang terjadi pada masa pandemi Covid-19 harus diambil hikmahnya," ungkapnya.

Ia meminta, materi yang disampaikan nara sumber hendaknya dicermati dan dipahami. Karena akan bermanfaat bagi kita semua. 

Hj Sri Ruwiyati SE MM anggota Komisi E DPRD Provinsi Jawa Tengah berharap kegiatan ini akan menambah wawasan para peserta dan menjadi pionir relawan kebencanaan. Apalagi 70 persen Wilayah Kabupaten Banjarnegara merupakan daerah rawan bencana alam.

"Sehingga para peserta hendaknya ikut berpartisipasi atau berperan serta mengantisipasi bencana alam. Seperti, menyampaikan ilmu - ilmu kebencanaan kepada warga lain, terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana alam.

Diakuinya selama kita bekerja sama dengan BPBD provinsi terus memberikan pencerahan terkait mitigasi bencana di Banjarnegara. Karena kita mengetahui wilayah 70 persen Wilayah Banjarnegara merupakan daerah rawan bencana.

"Satu hal yang perlu dipahami, bahwa bencana datangnya tiba - tiba dan kita tidak tahu kapan terjadi sehingga kita harus selalu waspada," tandas Sri Ruwiyati.

Sementara Kepala BPBD Kabupaten Banjarnegara Aris Sudaryanto SPd MM menyampaikan bahwa pergerakan tanah adalah maskotnya bencana di Banjarnegara.

Karena tanah di Banjarnegara terdiri dari tanah lapuk, erupsi gunung Dieng pada waktu yang silam. Sehingga di DTD banyak kaldera, atau bekas kawah yang kemudian tertutup material letusan gunung api sehingga menjadi lembah atau bukit dan menjadi tempat hunian.

Apa yang harus dilakukan masyarakat Banjarnegara? atau merek yang tinggal di daerah rawan bencana. "Bahwa tanggung jawab atas bencana alam itu ada di pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Sekarang ditambah akademisi dan media massa," jelas Aris.

"Jadi masyarakat berhak dan harua tanggap terhadap situasi alam yang ditempatinya. Misalkan ada tanah retak - retak, warga harus bergerak cepat melakukan langkah antisipasi dan segera memberikan informasi kepada pihak terkait. Dengan seperti inilah bencana alam bisa diantisipasi," jelasnya.

Kemudian tahapan terhadap penanganan bencana, yakni pra bencana, tanggap darurat dan paska bencana, masyarakat juga terutama tokoh dan relawan harus memahami demi kemaslahatan bersama.

Ini penting untuk diketahui tiga tahapan penanganan bencana.

1.Tahapan pra bencana yakni melakukan mitigasi dan pencegahan non bencana.

2. Tanggap darurat, membantu mengungsikan dan evakuasi korban dari lokasi bencana alam ke tempat yang lebih aman.

3. Paska bencana , melakukan rehabilitasi dan rekontruksi.( pisik/bangunan yg rusak) dan non phisik/psikososial).

Usai penyampaian materi oleh dia nara sumber dilanjutkan sesi tanya jawab dimoderatori Wahju DJatmika Al BS SE, ketua PA GMNI Banjarnegara. (MH)