MEMOTONEWS - Kenapa SMAN 2 Sigaluh Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah menggelar lomba membuat atau menghias tumpeng usai memperingat HUT Pramuka ke 62?.
Ternyata ada makna yang perlu diketahui bersama. setidaknya ini disampaikan oleh kepala Sekolah SMAN 1 Sigaluh sekaligus Kamabigus Pramuka, Antono Aribowo.
"Bahwa kegiatan menghias tumpeng di hari Pramuka ini memiliki filosofi yang ada dalam tumpeng itu sendiri. Tumpeng itu kan besar di bawah, dan mengecil atau runcing ke atas. Artinya, dari sekian banyak orang, semua bersatu, dan berdoa kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Jadi memang kerjasama, kebersamaan itulah filosofi utama dari tumpeng yang ingin kita tanamkan kepada anak-anak,” jelas Antono.
Sementara, Heni Purwono, Guru Sejarah SMAN 1 Sigaluh yang juga Ketua Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Provinsi Jawa Tengah mengungkapkan, tumpeng di hari Pramuka ini merupakan bagian dari upaya pelestarian dan pemajuan kebudayaan.
Menurutnya, sejak dini anak-anak sekolah harus dikenalkan kebudayaan beserta filosofinya.
“Tumpeng kan bagian dari ekspresi dari kondisi geografis Jawa khususnya yang banyak pegunungan atau meru dalam bahasa Sansekerta," kata Heni.
Di masa lalu, zaman pra Sejarah dan zaman Hindu Budha, jelas Heni, gunung dianggap sebagai tempat yang suci. Tempat bersemayam para Dewa.
Namun setelah Islam dianut mayoritas Masyarakat, tradisi ini menyesuaikan diri, dan dimaknai berbeda lagi yaitu 'yen metu kudu sing mempeng' atau jika keluar harus bersungguh-sungguh.
"Bahkan tumpeng dikaitkan dengan surat Al Isra ayat 80, ayat yang sering dibaca umat Islam ketika memasuki daerah baru,” jelas Heni.
Diketahui, perayaan HUT ke 62 Pramuka, Senin (14/8/2023) berlangsung meriah di SMAN 1 Sigaluh.
Setelah upacara bendera, aneka lomba digelar untuk memeriahkan perayaan. Diantaranya lomba senam Pramuka, goyang kompak, paduan suara dan yang paling gayeng adalah lomba membuat tumpeng antar kelas.
Sebanyak 22 tumpeng dilombakan sesuai jumlah kelas atau rombongan belajar yang ada di SMAN 1 Sigaluh.
Diantara tumpeng tersebut, ada kelas yang memesan dari catering dan tinggal menghias, namun tak sedikit pula yang membuat sendiri mulai dari membuat nasinya.
Siswa kelas XII IPS 2 Lili Puspita misalnya, ia dan kawan-kawan sekelasnya, membuat tumpeng dari awal membuat nasi dan mencetaknya sehingga berbentuk tumpeng.
Menurutnya ada kesulitan tersendiri, namun ada kepuasan tersendiri pula membuat tumpeng sendiri.
“Ini pengalaman pertama saya membuat tumpeng sendiri. Teman-teman memasak lauknya, ada juga yang menyiapkan hiasannya. Hasilnya tidak penting, yang penting ada kebersamaan dan gotong royong dalam proses membuat tumpeng,” ujar Lili.
Aneka bentuk hiasan tumpeng pun sangat menarik. Ada yang bernuansa merah-putih karena musim tujuh belasan, ada pula yang membuat telur menjadi aneka bentuk yang lucu-lucu. (MH)