MEMOTONEWS - Peran guru sejarah dalam mewariskan nilai-nilai kepahlawanan sangat besar. Karenanya, para guru sejarah diminta menghidupkan nilai-nilai kepahlawanan kepada siswa, tidak terbatas di ruang-ruang kelas.
Demikian dikatakan Koordinator Prodi S2 Kajian Sejarah Unnes Muhammad Shokheh dalam webinar yang diikuti ratusan guru sejarah, Jumat (10/11/2023).
"Sejarah di ruang kelas tidaklah cukup. Anak harus diajarkan sejarah dengan level pemahaman ngerti, ngroso dan nglakoni. Jadi para guru sejarah harapannya dapat juga mengajak siswanya ke objek sejarah yang terdekat dengan sekolah, atau menghadirkan objek itu secara nyata di ruang kelas," jelas Shokheh.
Selain itu, tambah Shokheh, juga kondisi siswa saat ini juga perlu diberitahu tentang nilai kepahlawanan yang dapat diterapkan secara kekinian.
"Konten sejarah yang bisa disajikan juga tidak sebatas sejarah politik. Seperti sejarah olahraga dimana Jawa Tengah juga gudangnya atlet bulu tangkis juara turnamen internasional. Atau tokoh seni budaya yang melegenda dari Jawa Tengah juga perlu untuk diajarkan kepada siswa agar mereka terinspirasi," tambah doktor Global History alumni University Teknologi Malaysia itu.
Hal senada diungkapkan Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Muhammad Iqbal Birsyada. Ia bahkan tak jarang membawa mahasiswanya berziarah makam, menghadiri haul kiyai dan sebagainya.
"Pertama, apa yang dekat dengan siswa. Kedua, tekankan nilai atau spirit yang bisa diambil dari tokoh-tokoh pejuang itu. Maka otomatis siswa akan mendalami jiwa pahlawan itu, tidak sekadar membaca dari buku," jelas Iqbal.
Ketua Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Provinsi Jawa Tengah Heni Purwono mengungkapkan, kegiatan webinar tersebut merupakan kerjasama antara Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah SMA-SMK dengan AGSI.
"Kita berkolaborasi, agar momen Hari Pahlawan Nasional dapat dijadikan momentum para guru untuk semakin memperkaya pembelajaran mereka agar lebih baik," katanya
"Kami berharap para peserta bisa terinspirasi dari apa yang sudah disampaikan para pemateri," sambung Heni Purwono, Ketua Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Provinsi Jawa Tengah