MEMOTONEWS - Sosok Ayundita Dyah Pratama Putri (25) asal Kelurahan Semarang Kabupaten Banjarnegara, dikenal sebagai gadis yang ulet dan prigel. Ya mungkin karena tempaan jalan hidupnya tidak seberuntung teman - temannya yang lain.
Ayun anak semata wayang ini, harus kehilangan ayah tercitanya saat ia berumur 4 tahun. Kala itu, Suwardi ayahnya mendadak sakit keras dan akhirnya meninggal dunia.
Ayun kecil kemudian dibesarkan oleh ibu tercinta Ny Tri Utami yang hanya bekerja sebagai penjahit baju. Namun Ayun dikenal sebagai anak yang pinter sehingga sejak SD - SMK ia selalu mendapat bantuan biaya pendidikan.
Setamat SMK tahun 2015, Ayun langsung bekerja pada perusahaan jasa pemasangan intenet di Banjarnegara. Dengan gaji yang lumayan untuk seusia Ayun yang masih gadis, cukup lumayan sehingga dapat membantu usaha ibunya.
Namun saat pandemi Covid-19, perusahaan Ayun bekerja melakukan pengurangan karyawan. Dan sialnya Ayun ter-PHK pada tahun 2020.
Seperti sudah menjadi suratan takdir dari-Nya, sejak November tahun 2019, Ayun sudah mulai belajar membuat kerajinan tangan makrame. Ya waktu itu Ayun suka baca literasi tentang kiat usaha baik di internet maupun medsos yang lain.
Ayun ternyata suka sama pernak pernik hiasan dinding dan sejenisnya karena kebetulan Ayun juga hoby melukis.
Tidak jarang Ayun menyisihkan sisa gajinya untuk membeli bahan - bahan kerajinan makrame. Waktu itu, hasil kerajinan hanya dipajang di sudut ruangan kamar tidurnya.
Rupanya dari belajar makrame itu berkah bagi Ayun. Setelah mendapat kabat dari perusahaan, dirinya di PHK. Yang terlintas dalam benak Ayun menekuni kerajinan yang pernah dipelajari sebelumnya yakni makrame.
Sejak tahun 2020, gadis keibuan ini, lebih fokus mendalami tentang makrame. Ayundita kemudian aktif di mendos, Instragram dan informasi online apapun tentang kerajinan ini, ia sebisa mungkin mencermati dan belajar segala motif tentang makrame.
Terlebih saat Ayun mengetahui, peminat kerajinan ini cukup banyak dan menyentuh berbagai kalangan. Menjadikan Ayun bersemangat.
"Ayun masih ingat betul, modal pertama dulu, Rp 300 ribu. Uang itu kemudian dibelikan benang dan peralatan lain, seperti tempat atau prime membuat makrame dan lain lain," tutur Ayun saat ngobrol dengan MEMOTONEWS.
Setelah jadi satu, hiasan dinding, Ayun kemudian memajang di media sosial. Rupanya banyak yang tertarik dan mereka pada pesen minta dibuatkan.
"Ya itulah perjalanan Ayun, dan Alhamdulillah sekarang sudah banyak yang pesen," katanya.
Ayun juga bersyukur karena sebagian besar yang pesen responnya bagus, artinya mereka pada cocok dan memberikan suport. "Ini semua tentu menyemangati Ayun, apalagi ibu tercinta juga mendukung. Malahan sering membantunya, jika ada pesenanan banyak," aku Ayundita.
Ayun juga tidak menyangka jika makrame akan boming dan menjadi sesuatu yang bernilai lebih pada saat ini."Alhamdulilah, pesenan selalu ada terus, baik dari Banjarnegara sendiri dan luar Banjarnegara seperti Kalimantan, Bengkulu dan lain sebagainya termasuk dari Amerika Serikat," kata Ayun.
Ya walaupun Penghasilan belum seberapa, namun Ayun merasa bahagia dapat berinovasi dan menghasilkan uang untuk biaya hidup berdua dengan ibunya.
Apa kendala Ayun dakan bisnis ini?. Tanya MEMOTONEWS. Ayun menyampaikan, jika untuk pemasaran tidak ada kendala. "Ayun memang terkendala permodalan yang minim, sehingga ga bisa stokis bahan baku dan lain sebagainya," imbuh ayun.
Ayun berharap ke depan, usahanya semakin maju, punya toko tempat memajang hiasannya dan dapat merekrut teman, sodara untuk usaha ini.
Kemudian apa saja hasil kreasi Makrame Ayundita?. Selama ini Ayundita memanfaatkan jejaring sosial dan berbagai marketplace seperti shopee, tokopedia dalam memasarkan hasil kerajinan tangannya.
Sedangkan jenis makrame adalah, wall hanging atau hiasan dinding biasa. Kemudian rak gantung, dream catcher, hingga berbagai jenis aksesoris seperti gantungan kunci, konektor masker dan tatakan gelas. (M Hamidi)