74HssqAmpAieSQYdpeY0UHJ3eJx0ro2Bjc2BCzNj
Bookmark

Matinya Jutaan Ikan di Sungai Serayu Jadi Issue Nasional, Dewan Sumber Daya Air Nasional Turun Gunung

Dewan sumber daya air Nasional Kementrian PUPR saat mengadakan kunjungan langsung ke Bendungan Mrica dan melakukan pertemuan di Java Heritage.(FOTO: Eddy Wahono/Istimewa)

MEMOTONEWS - Dampak penggelontoran sedimen lumpur di Sungai serayu awal bulan april 2022 sebanyak dua kali mengakibatkan dampak kematian jutaan ikan dan rusaknya ekosistem sungai.

Tidak itu saja, penggelontoran sedimentasi lumpur juga berakibat lumpuhnya pasokan air PDAM di Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap serta menyebabkan dua dermaga wisata di sungai serayu tidak beroperasi sampai saat ini.

Masala lain betakibat terhambatnya musim tanam pada bulan April akibat ditutupnya saluran irigasi Serayu yang mengaliri 20 ribu hektar sawah di Kabupaten Kebumen, Banyumas dan Cilacap. 

Diperkirakan, kepekatan air sungai yang melebihi ambang batas mencapai 106.000 NTU pada awal bulan merupakan dampak dua kali penggelontoran lumpur PLTA Indonesia Power Mrica Banjarnegara. 

Bencana tersebut masuk sebagai issue nasional yang ditanggapi  oleh Dewan sumber daya air Nasional Kementrian PUPR.

Bahkan  yang pada tanggal 29 sampai tanggal 30 Juni mengadakan  kunjungan langsung ke Bendungan Mrica yang dikelola oleh Indinesia Power serta melakukan pertemuan pada tanggal 30 Juni 2022 bertempat di Java Heritage Banjarnegara.

Pertemuan dihadiri Pemda Banyumas  Dr Ir Irawadi Ces, Balai besar wilayah sungai Serayu Opak, Indonesia Power, perwakilan masyarakat dari Forum Rembug Masyarakat pengelolaan Sumber Daya Air Serayu Hilir, Forum masyarakat Peduli Lingkungan.

Kunjungan Dewan Sumber Daya Air Nasional dimaksud guna melihat secara langsung sistem operasional bendung Mrica PLTA Indonesia Power dan mendapatkan informasi secara langsung dari Pemda Banyumas dan masyarakat terdampak untuk membuat rekomendasi guna kebijakan penanganan dampak akibat penggelontoran lumpur dan mencari solusi terbaik untuk penanganan selanjutnya.

Karena dikhawatirkan dengan adanya potensi lumpur sudah mencapai 86 % memenuhi bendungan Mrica yang sangat dimungkinkan akan terjadi penggelontoran besar lagi.

Eddy Wahono ketua Forum Rembug Masyarakat Pengelolaan Sumber Daya Air Serayu Hilir mengungapkan, bahwa dampak penggelontoran sedimen lumpur disungai Serayu pada awal bulan april 2022 dilakukan tanpa koordinasi dengan para pemilik kepentingan di hilir sungai.

Padahal hilirlah yang sangat terdampak. Seperti Kabupaten Banyumas dan Cilacap dengan kematian jutaan ikan dan rusaknya ekosistem sungai.

Juga berakibat lumpuhnya sektor lain sepeprti pertanian, wisata,  pasokan air minum oleh PDAM di dua kabupaten selama 8 hari.

Sehingga kata Eddy, menimbulkan Kerugian multi dimensi yang tidak terhitung.  Karena untuk pemulihan ekosistem akan membutuhkan waktu yang sangat lama.

Dampak lain berkurangnya hasil nelayan yang bergantung pada hasil tangkapan ikan menjadi sangat berkurang. 

Eddy menambahkan, permasalahan utama dalam penanganan dampak sedimen di Bendung Mrica adalah karena kerusakan dan hilangnya daerah resapan di hulu sungai akibat alih fungsi lahan dengan adanya penanaman kentang. 

Sehingga dibutuhkan keterpaduan lintas kementrian dan pemerintah daerah Wonosobo dan Banjarnegara, Kementrian Lingkungan hidup dan Kehutanan serta Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Dirjen Sumber Daya Air Kementrian PUPR guna penanganan kerusakan hulu sungai serta pengawasan berkelanjutan, sesuai kewenangannya.

Sangat diharapkan tanggung jawab Indonesia power yang sudah mengakibatkan kerusakan sungai dan kerugian para pengguna di hilir dengan melakukan recovery.

Serta pencegahan agar tidak terjadi pengulangan penggelontoran ekstrim kembali karena ditengarai sudah pernah dilakukan juga oleh Indonesia power pada tahun 2014 yang juga berakibat kematian ribuan ikan.

Sementara General manager Indonesia Power Kuntjoro seperti disampaikan  Eddy Wahono menyampaikan, setelah bencana terjadi pihaknya sudah melakukan kordinasi dengan lintas kementrian yang diharapkan kolaborasi tersebut dapat menghasilkan dukungan mewujudkan serayu menjadi lestari.

Kuntjoro menjelaskan bahwa jumlah sedimentasi yang masuk ke bendung mrica ditahun 2021 mencapai 4 juta meter kubik pertahun mengalami peningkatan hingga 6,5 juta m3.

Sedangkan guna pengurangan dampak lingkungan pihaknya tetap melakukan maintenance dengan pengerukan sedimentasi dan flushing setiap minggu yang dilakukan terkontrol oleh BBWS SO dan dinas Lingkungan hidup Kabupaten dengan memperhatikan menjaga ambang kepekatan lumpur.

Pihaknya juga melakukan upaya penanaman pohon serta penebaran ikan dibeberapa daerah hulu anak sungai. (MH)