MEMOTONEWS - Menilik sejarah masa lampau, ternyata masuknya pengaruh Jepang ke Indonesia tidak hanya sejak pendudukan tahun 1943, namun telah lama sejak penjajah Eropa menjejakan kaki di Nusantara.
Hal itu terungkap dalam pameran virtual yang diselenggarakan oleh Museum Nasional Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok) Jumat (19/8/2022) secara daring dan diikuti ratusan siswa jenjang SD, SMP, SMA dari seluruh Indonesia.
Sejarawan Emir Fikri dan Arie Suryanto yang menjadi narasumber kegiatan tersebut bergiliran memberikan penjelasan tentang pengaruh Jepang di Indonesia.
"Sejak VOC, kaum Samurai tanpa tuan atau yang disebut sebagai Ronin, dimanfaatkan VOC untuk membunuh warga Banda Neira yang berani menyelundupkan rempah-rempah," kata Emir.
Dan ketika Jepang menang atas Rusia tahun 1905, lanjut Emir, informasinya juga banyak dikonsumsi oleh masyarakat nusantara sehingga menginspirasi untuk melawan penjajahan Eropa.
Bahkan, imbuh Emir, budaya upacara bendera, keberadaan tentara terlatih secara massal di masa pendudukan Jepang yang kemudian menjadi cikal bakal TNI, seni origami sampai lagu dan kartun Jepang pun sampai sekarang masih membudaya di Indonesia setelah 77 tahun Indonesia merdeka.
Sementara itu, Arie lebih menjelaskan peran vital rumah kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda secara virtual detailnya kepada peserta sehingga peserta tahu persis dimana naskah teks proklamasi dikonsep maupun diketik.
"Kalau diperhatikan, dalam Proklamasi juga memakai tahun Jepang 2605, hal itu menunjukkan bahwa pengaruh Jepang sangat besar di era tersebut. Bantuan Maeda yang membolehkan rumahnya untuk mengkonsep proklamasi juga merupakan segmen yang sangat penting bagi perjalanan sejarah bangsa kita," jelas Arie.
Kepala Munasprok Harry Trisatya mengungkapkan harapannya para peserta dengan mengikuti pameran virtual tersebut dapat mengambil makna penting.
"Proses perumusan naskah proklamasi menunjukan bahwa bangsa kita bangsa yang mudah bermusyawarah dan bersatu meskipun perbedaan-perbedaan nyata ada," jelas Harry.
Guru sejarah SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara yang juga Pengurus Pusat Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Heni Purwono mengungkapkan, kegiatan pameran virtual seperti ini sangat penting dan perlu terus dilakukan.
Pameran virtual kata Heni pasti memiliki efek adiksi virtual. Anak-anak juga terlihat sangat antusias, dan pasti akan mendorong rasa ingin tahu mereka, termasuk penasaran hingga akhirnya mau berkunjung ke museum.
"Kegiatan seperti ini mustinya dapat diperbanyak lagi oleh semua museum, agar para pelajar semakin tertarik mempelajari sejarah melalyi museum," harap Heni. (MH)