74HssqAmpAieSQYdpeY0UHJ3eJx0ro2Bjc2BCzNj
Bookmark

Walau Dikenal Kota Kecil, Banjarnegara Miliki Sejarah Penting Proses Kemerdekaan

Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Komisariat Kabupaten Banjarnegara Heni Purwono dalam acara Bina Pribadi Islami (BPI) SMPIT Permata Hati Banjarnegara. (FOTO: Dok Heni P)

MEMOTONEWS - Meski dikenal sebagai kota kecil, bahkan sering disebut kota pensiunan karena sepinya aktivitas warga, namun di masa lampau Banjarnegara adalah pusaran peristiwa dan tokoh sejarah menuju kemerdekaan Indonesia. 

Hal itu diungkapkan Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Komisariat Kabupaten Banjarnegara Heni Purwono dalam acara Bina Pribadi Islami (BPI) SMPIT Permata Hati Banjarnegara, Sabtu (19/8/2023).
Dalam kegiatan bertemakan "Peran Pemuda dalam Kemerdekaan", Heni yang juga Ketua Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Jawa Tengah itu mengungkapkan, upaya merintis kemerdekaan sudah mulai diwujudkan oleh Mangunyudha Seda Loji dengan menyerang VOC di benteng mereka di Kartosuro.

Berikutnya, saat perang Jawa atau Perang Diponegoro berkobar, tambah Heni, bupati dan masyarakat Banjarnegara yang saat itu berpusat di Banjar Kulon juga menjadi pendukung setia Pangeran Diponegoro. 

"Itulah mengapa setelah Perang Jawa usai, Banyumas Raya dikuasai Belanda, kemudian Banjar Kulon diturunkan statusnya menjadi Distrik, ibu kota kabupaten dipindah ke Banjarnegara sekarang, dan bupatinya diangkat Dipayudha IV yang pro Belanda," jelas Heni. 
Ia juga menambahkan bahwa pada masa pergerakan nasional, Banjarnegara menjadi pusat pergerakan Syarikat Islam yang penting. 

Juga bupati Soemitro Kolopaking Poerbonegoro juga aktivis di Belanda, bahkan seniornya Proklamator Bung Hatta. 

"Kita bangga sebagai warga Banjarnegara, karena banyak peristiwa dan tokoh besar di sini. Namun intinya bukan sekadar bangga, kita harus terinspirasi akan perjuangan mereka. Masalah hasil perjuangan tidak usah dipikirkan, biarlah sejarah yang akan mencatat," tandas Heni. 

Ketua Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Banjarnegara Muhammad Al Akhyar yang mendampingi kegiatan tersebut menilai materi kesejarahan dengan topik lokal seperti ini sangat penting bagi anak-anak. 

"Jangan sampai mereka mengira sejarah itu jauh ada di Jakarta dan kota besar lainnya. Banjarnegara juga kota yang sangat penting dalam lintasan sejarah. Semoga dengan pengetahuan ini membuat anak-anak terpacu untuk menjadi tokoh besar di masa depan," harap Akhyar.

Selain kajian kesejarahan, di hari yang bertepatan dengan peringatan HUT Provinsi Jawa Tengah yang ke 78 itu juga siswa SMPIT Permata Hati menggelar lomba dramatisasi puisi bertema perjuangan dan kemerdekaan. (MH)