74HssqAmpAieSQYdpeY0UHJ3eJx0ro2Bjc2BCzNj
Bookmark

Luar Biasa, Berdampingan Kawah Vulkanik, Siswa SDN Pranten 1 Batang Belajar Membuat Sensor Gas Beracun Berbasis IoT

Havid Adhitama bersama siswa SDN Pranten 01 saat melakukan observasi gas beracun. (FOTO: Dok Havid Adhitama for Memotonews)

MEMOTONEWS - Siswa SDN Pranten 01 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang melakukan observasi Gas di kawah Siglagah menggunakan prototipe sensor gas beracun yang mereka kembangkan dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), Jumat (25/10/2024)

Pembuatan sensor monitoring gas ini diinisiasi oleh Havid Adhitama, Guru ASN yang belum lama ditugaskan di SDN Pranten 01.

 “Kegiatan ini kami pilih sebagai salah satu upaya peningkatan kewaspadaan siswa terhadap tempat tinggal mereka. SD kami berjarak 100 meter dari kawah aktif Siglagah yang berada di gunung Sipandu sisi utara Dieng. Ancaman gas beracun di sini sangat nyata, mereka hidup berdampingan dengan aktivitas vulkanik,” Ungkap Havid.
Havid juga menjelaskan bahwa pada Kurikulum Merdeka terdapat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang materinya dapat didesain oleh guru dengan improvisasi karakteristik lingkungan, sosial dan budaya setempat. 

"Melihat kondisi SD yang berada di kawasan vulkanik aktif, kami mendesain kegiatan ini berkolaborasi bersama-sama dengan guru di sekola,"imbuhnya. 

Pada saat sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Gunungapi Dieng juga melakukan sosialisasi kepada siswa SDN Pranten 1 terkait potensi bahaya Gas kawah Siglagah dan juga alur evakuasi di dusun Rejosari guna mitigasi ketika aktivitas vulkanik Dieng meningkat.
“Kami berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kesadaran siswa terkait bencana geologi yang mengancam mereka. Memang sudah direncanakan sejak awal semester, siswa belajar mengenal instrumen elektronika dasar, mikrokontroler hingga pemrograman menggunakan bahasa Arduino," jelas Havid.

Havid berharap dengan kegiatan ini siswa di SDN Pranten 01 lebih peduli dan sadar dengan ancaman bahaya di tempat tinggal mereka. 

Kemudian dengan mereka belajar IoT dan mikrokontroler, mereka bisa mengembangkanya ke ranah Agroteknologi dalam membantu efisiensi pertanian. Sebab mayoritas siswa di sini adalah petani kentang dan bawang.

Kegiatan ini direspon positif oleh kepala sekolah SDN Pranten 01 Joko Ujianto, “Kegiatan ini sangat sesuai dengan kondisi Geografis di sini, anak-anak dapat mengenal lebih detail kondisi tempat tinggal mereka dan mengembangkan teknologi yang bermanfaat untuk dirinya dan lingkungan sekitar,” ungkap Joko. 

Hasil evaluasi para siswa tampak sangat antusias dengan projek ini sebab teknologi Internet Of Things masih minim diajarkan di tingkat sekolah dasar, apalagi mereka merakitnya langsung seperti puzzle ketika merangkai komponen.

Untuk diketahui, Havid Adhitama dikenal dengan karya-karyanya yang mengolaborasikan teknologi Radio dan IoT di ranah pendidikan seperti pemanfaatan SSTV Satelit IO-86 saat melaksanakan Kampus Mengajar dan juga Smart Farming yang ia kembangkan saat ia mengikuti PPG Prajabatan angkatan 2 tahun 2022.

Selain itu ia dikenal sebagai pengembang Stasiun Cuaca Pemrediksi embun es Dieng dan juga Land Slide Data Recorder (LSDR) yang digunakan untuk monitoring tanah bergerak di Banjarnegara. (MH)