Produk ekonomi kreatif (ekraf) berbasis potensi lokal Desa Pucungwetan, Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo.(Foto: Damas P)
MEMOTONEWS - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) bersama Prodi Desain Komunikasi Visual (DKV) UMP, dengan dukungan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, memperkenalkan inovasi produk ekonomi kreatif (ekraf) berbasis potensi lokal Desa Pucungwetan, Kecamatan Sukoharjo.
Kegiatan bertajuk “Optimalisasi Salak menjadi Produk Ekraf serta Strategi Penjualan Digital” digelar di GOR Desa Pucungwetan dan dihadiri oleh Kepala Desa Pucungwetan Wagini beserta perangkat desa, Karang Taruna, ibu-ibu PKK, serta kelompok Dasa Wisma, Minggu 2 Februari 2025.
Desa Pucungwetan yang dikenal sebagai sentra pertanian salak pondoh kini memiliki produk kreatif berbasis limbah salak dan triplek. Mahasiswa UMP memperkenalkan “Pudakkaliwa,” sebuah produk kuliner dan suvenir unik. Nama “Pudakkaliwa” diambil dari gabungan nama dusun di desa tersebut: Pucung, Pandak Kidul, Pandak Lor, Kalimangli, dan Wanasari.
Produk Pudakkaliwa meliputi kuliner suvenir pie berbahan salak yang tidak layak jual serta kriya suvenir dari kulit salak dan limbah triplek.
Dalam kegiatan ini, peserta tidak hanya dilatih membuat produk ekraf tetapi juga dikenalkan dengan strategi pemasaran digital melalui media sosial dan platform e-commerce.
“Semoga pie salak ini bisa menjadi produk unggulan desa dan semakin memperkenalkan Pucungwetan sebagai sentra salak pondoh,” ujarnya.
Harapan ini sejalan dengan semangat inovasi yang diusung para mahasiswa KKN.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo turut memberikan apresiasi atas kolaborasi ini. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Agus Wibowo, mengungkapkan dukungannya terhadap program tersebut.
“Kami sangat mendukung inisiatif kreatif seperti Pudakkaliwa. Ini bukan hanya soal inovasi produk, tetapi juga penguatan identitas budaya lokal yang bisa menarik wisatawan,” ujarnya.
Alhadi Nelsa, Dosen Pembimbing Lapangan dari Prodi DKV UMP, menekankan pentingnya pendekatan berbasis identitas lokal dalam pengembangan produk.
“Kegiatan ini bukan hanya tentang inovasi produk, tetapi juga membangun identitas visual yang kuat. Dengan strategi kemasan, logo, dan storytelling yang tepat, Pudakkaliwa diharapkan mampu bersaing di pasar digital,” jelas Alhadi.
Program ini diharapkan dapat memberdayakan masyarakat dalam mengolah potensi lokal secara kreatif dan memanfaatkan media digital untuk memperluas pasar. Dengan semangat inovasi berbasis potensi lokal, Desa Pucungwetan siap melangkah menuju desa kreatif berdaya saing tinggi. Salak Lokal, Kreasi Global.(*)