Hampir 10 tahun ia mengumpulkan uang dari botol bekas (tukang rongsok) untuk berkurban akhirnya terkabul.
Pada hari Jumat (17/6/2022) ia menyerahkan seekor sapi seharga Rp 22 jura rupiah ke Panitia Kurban Masjid Besar Darul Muttaqin Kelurahan Kebondalem, Kecamatan Kendal.
Ada hal yang mengharukan, saat penyerahan sapi kurban Mbah Jumi'ah tersebut. Dimana keikhlasan dan hasratnya untuk berkurban sangat besar patut dicontoh.
Karena selama ini ia bekerja sebagai pengumpul botol bekas atau rongsok. Hal tersebut diungkapkan Panitia kurban Masjid Darul Muttaqin Kelurahan Kebondalem, Khoirur Rozikin, Sabtu (18/6/2022).
Menurutnya, apa yang dilakukan Mbah Jumi'ah bisa menjadi contoh masyarakat untuk berkurban.
"Kami sempat terharu, penasaran dan hampir tidak percaya dengan kurban sapi dari Mbah Jum'iah. Karena pekerjaan sehari-hari mbah Jum'iah adalah tukang rongsok atau pengumpul kardus, botol bekas," ungkapnya.
Rozikin sempat menanyakan kepada Mbah Jumi'ah, untuk berkurban sapi dapat uangnya dari mana. Apakah menjual tanah atau dikasih dari anak-anaknya.
Jawaban dari Mbah Jumi'ah, dirinya mengumpulkan sendiri dari menjual rongsok sembari sambil menunjukkan tangannya ke arah tas yang digunakan untuk mencari rongsok.
"Kami menanyakan kembali, berapa tahun mengumpulkan uang sebanyak 22 juta tersebut, dan jawaban beliau sudah sepuluh tahun yang lalu," terang Rozikin.
Dijelaskan, sebelum menerima sapi kurban tersebut, pihaknya harus menanyakan terlebih dahulu terkait kebenaran informasi tersebut kepada anaknya sebelum kami terima sapi qurban tersebut,
Ia pun menambahkan, dari pengakuan anak Mbah Jumi'ah, sebenarnya uang tersebut mau digunakan untuk mendaftar haji Mbah Jumi'ah.
"Ibu Asrofah membenarkan bahwa uang tersebut adalah uang jerih payah dari Mbah Jumi'ah dari hasil menjual rongsok bertahun-tahun. Sebenarnya uang tersebut mau digunakan untuk mendaftar haji Mbah Jumi'ah. Itu yang disampaikan ibu Asrofah," imbuh Rozikin.
Karena niatan awal, uang tersebut untuk naik haji, maka pihak panitia sempat menawarkan diganti kambing saja. Biar bisa daftar haji. Tetapi beliau sudah bulat niatnya.
"Kami sempat menawarkan kepada beliau, agar uangnya bisa digunakan untuk mendaftar haji dan kami siap mengantarkan ke bank dan Kemenag agar dapat mendaftarkan haji Mbah Jumi'ah," ujar Rozikin.
Namun jawaban dari Mbah Jum'iah, uangnya mau digunakan kurban sapi terlebih dahulu. Harapan Mbah Jumi'ah, kelak ketika lewat jembatan sirotol mustaqim bisa naik sapi bersama almarhum suami, orang tua dan mertuanya.
"Beliau hanya meminta kepada kami, supaya didoakan umur panjang. Sehingga bisa mengumpulkan uang lagi untuk mendaftar haji dan berangkat haji sebelum wafatnya," ungkap Rozikin lagi.
Mbah Jumi'ah mengaku, dirinya setiap hari menabung Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu, tergantung penjualan hasil rongsok tersebut. Sehingga setiap bulannya, dirinya dapat mengumpulkan uang sekitar Rp 200 ribu.
"Alhamdulillah satu tahun bisa terkumpul Rp 2 juta sampai dengan Rp 2,5 juta. Sehingga selama sepuluh tahun bisa terkumpul Rp 22 juta dan untuk membeli sapi tersebut," ungkap Mbah Jumi'ah sambil meminta doa restu. (MH/Hans).