74HssqAmpAieSQYdpeY0UHJ3eJx0ro2Bjc2BCzNj
Bookmark

Pemkab Purbalingga Peduli Dengan Isu ODGJ

Penegakan Perda tentang PGOT. (FOTO: Kominfo Purbalingga).

MEMOTONEWS - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga peduli dengan isu Orang Dengan Gangguan Kejiwaan (ODGJ). 

Hal tersebut disampaikan Analis Kebijakan Muda Dinas Sosial Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsosdalduk KB PPPA) Purbalingga, Suharsono saat ditemui di kantornya, Kamis (3/11/2022).

Dia mengatakan, permasalahan ODGJ menjadi perhatian penting Pemkab Purbalingga dan melalui Dinsosdalduk KB PPPA, ODGJ yang sudah memiliki identitas secara jelas atau yang pernah melakukan perekaman e-KTP akan mendapatkan fasilitas berupa perawatan. 

Di Purbalingga, ada dua Rumah Sakit rujukan untuk perawatan ODGJ yaitu RSUD dr. Goetheng Taroenadibrata dan RS Siaga Medika.

“Di Purbalingga ada dua RS rujukan yaitu RSUD dan Siaga Medika dan yang terpenting adalah identitasnya jelas kita juga akan rawat di eks-psikotik Jeruk Legi Cilacap,” katanya.

Saat disinggung tentang isu yang beredar bahwa ada banyak ODGJ di jalanan Purbalingga karena “kiriman” dari daerah lain, dirinya menampik hal tersebut.

 Dia mengimbau kepada masyarakat agar tidak terpancing isu dan percaya kepada dinas terkait daerah lain telah menjalankan tupoksinya dengan baik sehingga berbagai rumor yang berkembang tentang ODGJ dipastikan tidak benar.

“Kami selalu berkoordinasi dengan Kabupaten lain termasuk dalam hal pendataan. Karena bisa saja warga kita juga di daerah lain,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, dia juga mengimbau kepada seluruh warga Purbalingga untuk peduli terhadap masalah PGOT (Pengemis, Gelandangan dan Orang Terlantar).

Lintas OPD (Organisasi Perangkat Daerah) di lingkungan Pemkab Purbalingga telah melakukan rapat koordinasi beberapa waktu lalu membahas tentang PGOT .

Hasinya adalah mensosialisasikan kepada masyarakat luas agar jangan memberikan uang atau dalam bentuk apapun kepada PGOT.

“Ada yang katanya pendapatan bersih sampai Rp 400 ribu perhari. Ini kan masalah kultur kita juga karena jika kita terus memberi, mereka tidak akan akan jera,” pungkasnya. (MH).