MEMOTONEWS - Fenomena fatherless atau ketidakhadiran ayah dalam keluarga saat ini tengah menggejala, tidak terlecuali di Banjarnegara.
Ayah seolah hanya berfungsi sebagai pencari nafkah, selebihnya urusan pendidikan anak menjadi beban para ibu.
Fenomena ini sangat terlibat ketika penerimaan raport, parenting atau kegiatan yang melibatkan orang tua lainnya, hampir 90 persen ibu-ibu yang datang.
Untuk mengatasi gejala semacam itu, SDIT Permata Hati Banjarnegara, Sabtu malam sampai Minggu (18-19/11/2023) menggelar kegiatan Mabit Bersama Ayah.
Kegiatan ini menurut Kepala SDIT Permata Hati Banjarnegara Ikhdatul Khasanah sebagai upaya mendekatkan para ayah dengan siswa dan juga sekolah.
"Kita paham semua ayah sibuk bekerja. Karenanya sengaja kami buat konsep mabit atau menginap di akhir pekan. Alhamdulillah pesertanya banyak, ini menunjukkan para ayah hebat sekalian peduli dengan pendidikan aanak-anaknya. Ini ikhtiar kita mendekatkan ayah dengan pendidikan anak," jelas Ikhdatul.
Sementara itu, dihadirkan pula pakar parenting dan juga psikolog MC Faizin. Faizin dalam materinya mengungkapkan salah satu kunci keberhasilan orang tua adalah berdamai dengan masa lalunya.
Menurutnya selama ini dalam alam bawah sadar orang tua sering kali memakai metode orang tuanya dalam mendidik anak, padahal tidak semua metode pendidikan di masa lalu tepat.
Terlebih kakek, buyut, canggah dan seterusnya di masa lalu dididik di era kolonial yang bersifat diskriminatif, menekan dan sebagainya.
"Keteladanan mendidik mustinya kita ambil dari Quran. Di sana ada 14 ayat dialog ayah-anak. Dan hanya 2 dialog ibu-anak. Artinya porsi terbesar pendidikan kepada anak sejatinya ada di tangan ayah. Ayah laksana kepala sekolah di sekolah, menentukan arah pendidikan anak," jelas Faizin.
Acara pun berlangsung gayeng, ketika makan malam tiba, ayah dan anak diminta untuk saling menyuapi.
Tampak banyak yang biasa, namun ada pula yang nampak canggung. Juga ada momen mengharukan ketika para siswa membawa secarik surat cinta untuk ayah mereka, sontak keharuan, tangisan dan pelukan mewarnai mereka.
Dini hari, para peserta sholat malam berjamaah, sholat subuh dan dzikir pagi.
Acara ditutup dengan keseruan outbound antara anak dengan ayah yang meliputi permainan pencocokan kebiasaan anak oleh ayah, menyuapi kerupuk dengan mata tertutup dan juga mencantelkan topi tompo. Kesemua permainan itu bertujuan untuk membangun kekompakan ayah dengan anak. (MH)